Judul
Jurnal : Jurnal Internasional
Biosains | IJB |
Judul : Pola pertumbuhan dan kandungan eleutherine
dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) Di tanah mineral berpasir dan
tanah gambut.
Volume :
Vol. 10, No. 4, hal. 222-231, 2017
Tahun :
2017
Penulis :
Titin Apung Atikah, Tatik Wardiyati, Ellis Nihayati, Saputera
Tanggal :
28 April 2017
Latar Belakang
Kalimantan Tengah
memiliki keanekaragaman hayati tanaman yang memiliki potensi obat di dalamnya.
Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) adalah salah satu tanaman obat
spesifik di Kalimantan Tengah yang digunakan sebagai sumber biofarmasi dan
dibudidayakan agar tidak punah dari habitat aslinya di hutan (Galingging,
2006). Tanaman bawang Dayak berasal dari divisi Spermatophyta, sub divisi
Angiospermae, kelas, urutan Monocotyledoneae Liliales, keluarga Iridaceae,
genus Eleutherine dan spesies Eleutherine palmitoleic Merr. (Megawati, 2005).
Secara empiris, bawang Dayak telah digunakan oleh masyarakat setempat (turun
temurun) sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit seperti kanker payudara,
kanker usus besar, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes (diabetes
mellitus), bisul, kadar kolesterol tinggi , dan stroke (Galingging, 2009).
Senyawa bioaktif Dayakonion terdiri dari alkaloid, glikosida, flavonoid,
fenolik, saponin, triterpenoid, dan tanin (Saptowahyono, 2007), kuinon dan
steroid (Firdaus, 2006).
Sementara
secara klinis, potensi bawang Dayak sebagai tanaman obat multifungsi sangat
besar. Bohlam Eleutherine balbosa dan Eleutherine americana diketahui
mengandung senyawa metabolik sekunder dan diklasifikasikan sebagai
naphthoquinone. Naphthoquinone dikenal sebagai anti mikroba, anti jamur, anti virus,
dan anti parasit yang juga memiliki komponen bioaktivitas yang bertindak
sebagai anti kanker dan antioksidan. Senyawa ini biasanya ditemukan dalam sel
vakuola dalam bentuk glikosida (Robinson), 1995; Babula et al., 2005). Ada dua
jenis tanah utama di Kalimantan Tengah, antara lain, tanah mineral berpasir dan
tanah gambut. Namun, struktur tanah dan kesuburan tanah kedua jenis tanah ini
berbeda. Jika dilihat dari tingkat kesuburan tanah, kedua jenis tanah tersebut
memiliki peluang yang sama untuk digunakan sebagai media tumbuh Dayakonion. Lingga
dan Marsono (2002) menemukan bahwa tanah berpasir memiliki beberapa masalah
gizi yang rentan terhadap pencucian yang cepat. Porositas tanah sangat mudah
untuk menyusup ke dalam air tanah sehingga nutrisi tanaman tidak tertutup oleh
akar. Sementara itu, menurut Limin et al., (2000), tanah gambut memiliki
ketersediaan makro dan mikronutrien yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang
tinggi, Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang tinggi, serta Kejenuhan Basa
(BS) yang rendah.
Tujuan Penulisan Jurnal
Penelitian
Pola pertumbuhan dan kandungan eleutherine
dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) Di tanah mineral berpasir dan
tanah gambut ini
Untuk memastikan bahwa kedua jenis lahan tersebut cocok untuk pertumbuhan
bawang Dayak.
Bahan dan Metode
Alat dan bahan
Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umbi bawang Dayak, tanah mineral
berpasir, tanah gambut, dan pupuk kandang ayam. Namun demikian, alat yang
digunakan untuk mendukung penelitian terdiri dari Screen house dengan paranet,
polybag, timbangan dan alat analisis, kamera, oven, peta GPS 60 CSX, Delta-TD
Cambridge-Inggris, termometer tanah, termometer udara, termometer udara, alat
tulis kantor, dan lainnya peralatan untuk mendukung kegiatan penelitian.
Desain penelitian
Desain eksperimental yang
digunakan adalah desain acak lengkap (CRD). Penelitian dilakukan di Rumah
Layar, Desa Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Palangkaraya. Pengukuran variabel
tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun per malai, jumlah anakan per bukit,
berat umbi-umbian, dan berat kering umbi. Jika tidak, analisis senyawa bioaktif
dilakukan dengan uji kualitatif menggunakan Liquid Chromatograpy-Mass
Spectroscopy (LC-MS)
1) Pemisahan (ekstraksi) yang didasarkan
pada sifat senyawa Naphthoquinone / Eleutherine,
2) pendekatan (berat molekul, molekul
struktur) identifikasi senyawa yang dilakukan dengan mode ESI (Electro Spray
Ionization) .
Semua data dari pengamatan
dikolaborasikan, diproses, dan ditampilkan dalam grafik dan gambar. Grafik yang
disajikan diharapkan memberikan gambaran tentang pola pertumbuhan. Hasil
penelitian ini juga merupakan bagian dari langkah-langkah penelitian seperti
persiapan media tanah (tanah mineral berpasir dan tanah gambut), proses
pengayakan tanah, pemindahan tanah menjadi polybag, pemberian pupuk dasar,
pemeliharaan, pengamatan tanaman, dan analisis senyawa bioaktif.
Hasil Penelitian
Dari penelitian ini, kita
dapat melihat pola pertumbuhan bawang Dayak pada karakteristik dan medianya
baik pada tanah mineral berpasir dan tanah gambut. Pengamatan pola pertumbuhan
dimulai pada 8 minggu DAS (hari setelah tanam) di mana pada titik ini daun dan
akar mulai muncul. Kemudian, pengamatan selanjutnya dilakukan pada 12, 16, 20,
dan 24 minggu DAS. Dengan demikian, pola pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun, jumlah anakan, berat basah umbi, dan berat kering umbi pada tanah mineral
berpasir juga tanah gambut disajikan. Pola pertumbuhan tinggi bawang Dayak yang
ditanam di tanah mineral berpasir telah mengalami peningkatan dari 8 minggu DAS
(33,4 cm), 12 Minggu DAS (40,7 cm), 16 minggu DAS (47,7 cm) ), 20 minggu DAS
(52,6 cm), dan 24 minggu DAS (52,8 cm) dengan peningkatan 7,3 cm, 7 cm, 4,9 cm,
dan 0,2 cm. Selain itu, peningkatan
tinggi tanaman juga terjadi pada media tanah gambut dari 8 minggu DAS (3,0 cm),
12 Minggu DAS (6,3 cm), 16 minggu DAS (9,5 cm), 20 minggu DAS (13,5 cm), dan 24
minggu DAS (14,25 cm) sebesar 3,3 cm, 3,2 cm, 4 cm, dan 0,75 cm. Dari sini,
kita dapat melihat bahwa pertumbuhan tinggi di tanah mineral berpasir lebih
besar daripada media tanah gambut. Sejak awal 8 minggu DAS, pola pertumbuhan di
tanah mineral berpasir lebih tinggi daripada tanaman di media tanah gambut.
Pola pertumbuhan pada
media tanah gambut menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terhambat di semua variabel. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh
ketersediaan nutrisi makro dan mikro yang rendah dan senyawa-senyawa yang
beracun bagi tanah gambut. Tingkat keasaman tanah yang tinggi, KTK yang tinggi,
dan BS yang rendah juga merupakan hambatan dalam jenis media tanah ini (Limin
et al., 2000). Oleh karena itu, tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal di
mana ini dapat dilihat dari tanaman kerdil, sejumlah kecil daun dan anakan
serta umbi rendah, berat basah dan berat kering. Sebaliknya, pola pertumbuhan
tanah mineral berpasir cenderung lebih baik daripada tanah gambut karena tanah
mineral berpasir memiliki sistem aerasi dan drainase yang cukup baik. Tanaman
akan tumbuh lebih tinggi dan jumlah daun dan anakan akan optimal untuk
menangkap sinar matahari untuk mendapatkan lebih banyak pasokan energi
(Hardjowigeno, 1995). Lebih banyak sinar matahari akan meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, umbi berat basah, umbi kering, serta
produksi umbi bawang Dayak. Selain itu, kandungan pH yang lebih tinggi dan
sistem aerasi yang lebih baik pada tanah mineral berpasir akan menghasilkan
serapan hara yang lebih besar.
Demikian
pula, senyawa bioaktif pada tanah mineral berpasir memiliki Eleutherine yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tanah gambut yang terutama terjadi pada usia
18 minggu DAS. Ini terjadi karena perbedaan karakteristik dan tingkat kesuburan
jenis tanah ini. Sintesis senyawa bioaktif pada tanaman pada dasarnya
dipengaruhi oleh 1) faktor keturunan (komponen genetik), 2) faktor ontogeni
(tahap perkembangan), dan 3) faktor lingkungan. Oleh karena itu, faktor
lingkungan yang mempengaruhi produksi metabolisme sekunder meliputi iklim, area
tumbuh, lingkungan tanaman, dan metode penanaman (Robbers et al., 1996).
Kesimpulan
Kalimantan
Tengah memiliki beragam karakteristik tanah dan tingkat kesuburan. Penting
untuk dicatat bahwa tanah mineral berpasir dan tanah gambut cenderung digunakan
sebagai media untuk budidaya bawang Dayak. Tanah berpasir-mineral memberikan
pola pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, berat umbi basah,
berat umbi kering, dan senyawa bioaktif yang lebih baik daripada tanah gambut.
Padahal, pola pertumbuhan umbi tertinggi yaitu bobot basah dan umbi kering pada
bawang Dayak ini terjadi pada umur 20 minggu DAS sedangkan senyawa bioaktif
tertinggi dapat ditemukan dalam kandungan Eleutherine pada usia 18 minggu DAS.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari jurnal Pola pertumbuhan dan kandungan eleutherine dari bawang
dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) Di tanah mineral berpasir dan tanah gambut adalah penyampain dari tujuan jurnal jelas dan mudah di pahami.
Sedangkan kekurangan pada jurnal ini adalah isi kesimpulan kurangnya informasi
terhadap keseluruhan isi peneitian.
Literatur
Titin Apung Atikah, dkk. 2017. The
growth patterns and eleutherine content of dayak onion ( Eleutherine palmifolia
Merr.) in sandy mineral soil and peat soil.International Journal of Biosciences
| IJB |.Vol. 10, No. 4, p. 222-231.(Diakses pada tanggal, 14 Juni 2020 pukul 12.03.