BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Dalam mempertahankan hidupnya manusia selalu berusaha dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Salah satu caranya yaitu dengan berbinis. Bisnis merupakan aktivitas yang selalu ada di sekitar kita dan dikenal oleh kaum muda hingga kaum tua. Pada era globalisasi saat ini, masyarakat indonesia belum begitu faham dengan manfaat dan tujuan dari bisnis tersebut. Padahal, kalau kita memahami apa bisnis tersebut, kita akan mendapatkan keuntungan yang kita inginkan dalam aktivitas bisnis tersebut. Bangsa Indonesia, merupakan bangsa yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dengan alam surganya,  jika kita tidak pandai mengatur itu semua, maka bangsa kita akan jatuh kedalam keterpurukan dalam hal perekonomian, kemiskinan dan menjadikan negeri kita gagal atau miskin. Pasti sebagai rakyat indonesia kita tidak mau jika haltersebut terjadi di negara yang kita cintai.

Dilihat dari pertumbuhan ekonomi kita saat ini, jumlah pengangguran di Indonesia menduduki angka yang sangat fantastis. Namun, pemerintah belum bisa mengatasi problema tersebut. Jika adanya pasar kerja yang dibuka, masyarakat berbondong-bondong untuk menjadi pegawai negeri seperti yang di impikan, tetapi pekerjaan kitatidak hanya pegawai negeri saja masih banyak pekerjaan yang bisa kita lakukan misalnya pewirausaha atau pengusaha.

 

1.2  Rumusan Masalah

1)      Apa pengertian dari bisnis, unsur-unsur bisnis, ciri dan tujuan bisnis?

2)      Apa pengertian bisnis islami dan orientasi syari’ah?

3)      Bagaimana karakteristik bisnis dan anatomi sistemik bisnis islami? 

4)      Apa saja stakeholder, fungsi utama dan bagaimana interaksi antara stakeholder?


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 1. Data Pengamatan Absorbans pada Vitacimin dengan panjang gelombang 495 nm

Massa (g)

Panjang Gelombang (nm)

Konsentrasi (ppm)

Absorbans

0,5

495

10

0,042

1

495

20

0,080

1.5

495

30

0,113

2

495

40

0,158


Perhitungan

1.             Perhitungan Konsentrasi Vitacimin dengan massa sampel 0,5 g, 1 g, 1,5 g, 2 g yang dilarutkan pada 50 ml aquades

a).  ppm = Berat Zat terlarut/ 500 ml                       
    = 500/50 ml = 10
b). ppm = Berat Zat terlarut/ 500 ml                       
    = 1000/50 ml = 20
c). ppm = Berat Zat terlarut/ 500 ml                       
    = 1500/50 ml = 30
d). ppm = Berat Zat terlarut/ 500 ml                       
    = 2000/50 ml = 30

2. Perhitungan Regresi Linear

 

Penentuan Konsentrasi Sampel

Nim          =  CGA 117 006

Angkatan =  2017

Maka        = 6 + 17= 23

Maka Penentuan Konsentrasi Sampel yaitu :

0,23   =  0,048 (x) – 0,025

0,048 (x) = 0,23 + 0,025

0,048 (x) = 0,255

            x   = 0,255/0,048

            x   = 5,3125

 4.2. Pembahasan

       Spektofotometri adalah salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisisi suatu sampel baik secara kuantitatif  dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya, peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri adalah spektrofotometer. Cara penggunaan spektrofotometer menyalakan spektrofotometer dan menunggu hingga waktu 10-15 menit. Kemudian lakukan pengaturan pada spektrofotometer dengan cara menekan tombol set dan mengatur panjang gelombang yang sesuai diinginkan dan tekan tombol set sekali lagi untuk menyimpan hasil settingan. Memasukkan kuvet yang berisi aquadest kedalam spektrofotometer dan menekan tombol blank maka panjang gelombang akan terstandarisasi. Pada panjang gelombang yang digunakan adalah 495 nm dengan berat sampel vitacimin 0,5 g, 1 g, 1,5 g, 2 g yang dilarutkan pada 50 ml aquades. Maka untuk mencari ppm adalah berat zat terlarut (mg) dibagi dengan 50 ml sehingga diperoleh konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm. 

    Pengenceran standar supaya hasil absorban mendekati kurva adalah 200 kali pengenceran, namun pengenceran yang dilakukan adalah sebesa 50 kali pengenceran sehingga jarak absorban pada grafik jauh mak dilakukan perhitungan regresi linear untuk menetralkan grafik. untuk perhitungan regresi linear dengan rumus Y= a (x) – b maka didapatkan Pengunaan aplikasi SPSS Y = ax + b, didapatkan linier regresi Y = 0,181x + 0,005. Kedua menghitung nilai setiap konsentrasi menggunakan rumus Y = 0,181x + 0,005.Untuk pembuatan kurva standar menggunakan aplikasi SPSS, pertama yang harus dilakukan adalah membuka aplikasi spss kemudian mengisi variabel view dengan konsentrasi dan absorbans, setelah itu masukkan data-data yang telah ditentukan dan hasilnya akan terdapat pada data view. Setelah itu pilih analisa, kemudian pilih regresion, baru pilih linear. Pada dependent diisikan absorbansi dan konsentrasi, setelah selesai semuanya pilih ok. Maka dapat diketahui data-data absorbansi, konsentrasi dan kurva standar absorbansi dan regresi.



Judul Jurnal : Jurnal Internasional Biosains | IJB |

Judul           : Pola pertumbuhan dan kandungan eleutherine dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) Di tanah mineral berpasir dan tanah gambut.

Volume         : Vol. 10, No. 4, hal. 222-231, 2017

Tahun           : 2017

Penulis          : Titin Apung Atikah, Tatik Wardiyati, Ellis Nihayati, Saputera

Tanggal         : 28 April 2017

Latar Belakang

Kalimantan Tengah memiliki keanekaragaman hayati tanaman yang memiliki potensi obat di dalamnya. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) adalah salah satu tanaman obat spesifik di Kalimantan Tengah yang digunakan sebagai sumber biofarmasi dan dibudidayakan agar tidak punah dari habitat aslinya di hutan (Galingging, 2006). Tanaman bawang Dayak berasal dari divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas, urutan Monocotyledoneae Liliales, keluarga Iridaceae, genus Eleutherine dan spesies Eleutherine palmitoleic Merr. (Megawati, 2005). Secara empiris, bawang Dayak telah digunakan oleh masyarakat setempat (turun temurun) sebagai obat untuk berbagai jenis penyakit seperti kanker payudara, kanker usus besar, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes (diabetes mellitus), bisul, kadar kolesterol tinggi , dan stroke (Galingging, 2009). Senyawa bioaktif Dayakonion terdiri dari alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid, dan tanin (Saptowahyono, 2007), kuinon dan steroid (Firdaus, 2006).

Sementara secara klinis, potensi bawang Dayak sebagai tanaman obat multifungsi sangat besar. Bohlam Eleutherine balbosa dan Eleutherine americana diketahui mengandung senyawa metabolik sekunder dan diklasifikasikan sebagai naphthoquinone. Naphthoquinone dikenal sebagai anti mikroba, anti jamur, anti virus, dan anti parasit yang juga memiliki komponen bioaktivitas yang bertindak sebagai anti kanker dan antioksidan. Senyawa ini biasanya ditemukan dalam sel vakuola dalam bentuk glikosida (Robinson), 1995; Babula et al., 2005). Ada dua jenis tanah utama di Kalimantan Tengah, antara lain, tanah mineral berpasir dan tanah gambut. Namun, struktur tanah dan kesuburan tanah kedua jenis tanah ini berbeda. Jika dilihat dari tingkat kesuburan tanah, kedua jenis tanah tersebut memiliki peluang yang sama untuk digunakan sebagai media tumbuh Dayakonion. Lingga dan Marsono (2002) menemukan bahwa tanah berpasir memiliki beberapa masalah gizi yang rentan terhadap pencucian yang cepat. Porositas tanah sangat mudah untuk menyusup ke dalam air tanah sehingga nutrisi tanaman tidak tertutup oleh akar. Sementara itu, menurut Limin et al., (2000), tanah gambut memiliki ketersediaan makro dan mikronutrien yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang tinggi, Kapasitas Pertukaran Kation (KTK) yang tinggi, serta Kejenuhan Basa (BS) yang rendah.

Tujuan Penulisan Jurnal

          Penelitian Pola pertumbuhan dan kandungan eleutherine dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) Di tanah mineral berpasir dan tanah gambut ini Untuk memastikan bahwa kedua jenis lahan tersebut cocok untuk pertumbuhan bawang Dayak.

Bahan dan Metode

Alat dan bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umbi bawang Dayak, tanah mineral berpasir, tanah gambut, dan pupuk kandang ayam. Namun demikian, alat yang digunakan untuk mendukung penelitian terdiri dari Screen house dengan paranet, polybag, timbangan dan alat analisis, kamera, oven, peta GPS 60 CSX, Delta-TD Cambridge-Inggris, termometer tanah, termometer udara, termometer udara, alat tulis kantor, dan lainnya peralatan untuk mendukung kegiatan penelitian.

Desain penelitian

Desain eksperimental yang digunakan adalah desain acak lengkap (CRD). Penelitian dilakukan di Rumah Layar, Desa Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Palangkaraya. Pengukuran variabel tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah daun per malai, jumlah anakan per bukit, berat umbi-umbian, dan berat kering umbi. Jika tidak, analisis senyawa bioaktif dilakukan dengan uji kualitatif menggunakan Liquid Chromatograpy-Mass Spectroscopy (LC-MS)

1) Pemisahan (ekstraksi) yang didasarkan pada sifat senyawa Naphthoquinone / Eleutherine,

2) pendekatan (berat molekul, molekul struktur) identifikasi senyawa yang dilakukan dengan mode ESI (Electro Spray Ionization) .

Semua data dari pengamatan dikolaborasikan, diproses, dan ditampilkan dalam grafik dan gambar. Grafik yang disajikan diharapkan memberikan gambaran tentang pola pertumbuhan. Hasil penelitian ini juga merupakan bagian dari langkah-langkah penelitian seperti persiapan media tanah (tanah mineral berpasir dan tanah gambut), proses pengayakan tanah, pemindahan tanah menjadi polybag, pemberian pupuk dasar, pemeliharaan, pengamatan tanaman, dan analisis senyawa bioaktif.

Hasil Penelitian

Dari penelitian ini, kita dapat melihat pola pertumbuhan bawang Dayak pada karakteristik dan medianya baik pada tanah mineral berpasir dan tanah gambut. Pengamatan pola pertumbuhan dimulai pada 8 minggu DAS (hari setelah tanam) di mana pada titik ini daun dan akar mulai muncul. Kemudian, pengamatan selanjutnya dilakukan pada 12, 16, 20, dan 24 minggu DAS. Dengan demikian, pola pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, berat basah umbi, dan berat kering umbi pada tanah mineral berpasir juga tanah gambut disajikan. Pola pertumbuhan tinggi bawang Dayak yang ditanam di tanah mineral berpasir telah mengalami peningkatan dari 8 minggu DAS (33,4 cm), 12 Minggu DAS (40,7 cm), 16 minggu DAS (47,7 cm) ), 20 minggu DAS (52,6 cm), dan 24 minggu DAS (52,8 cm) dengan peningkatan 7,3 cm, 7 cm, 4,9 cm, dan 0,2 cm.  Selain itu, peningkatan tinggi tanaman juga terjadi pada media tanah gambut dari 8 minggu DAS (3,0 cm), 12 Minggu DAS (6,3 cm), 16 minggu DAS (9,5 cm), 20 minggu DAS (13,5 cm), dan 24 minggu DAS (14,25 cm) sebesar 3,3 cm, 3,2 cm, 4 cm, dan 0,75 cm. Dari sini, kita dapat melihat bahwa pertumbuhan tinggi di tanah mineral berpasir lebih besar daripada media tanah gambut. Sejak awal 8 minggu DAS, pola pertumbuhan di tanah mineral berpasir lebih tinggi daripada tanaman di media tanah gambut.

Pola pertumbuhan pada media tanah gambut menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat di semua variabel. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh ketersediaan nutrisi makro dan mikro yang rendah dan senyawa-senyawa yang beracun bagi tanah gambut. Tingkat keasaman tanah yang tinggi, KTK yang tinggi, dan BS yang rendah juga merupakan hambatan dalam jenis media tanah ini (Limin et al., 2000). Oleh karena itu, tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal di mana ini dapat dilihat dari tanaman kerdil, sejumlah kecil daun dan anakan serta umbi rendah, berat basah dan berat kering. Sebaliknya, pola pertumbuhan tanah mineral berpasir cenderung lebih baik daripada tanah gambut karena tanah mineral berpasir memiliki sistem aerasi dan drainase yang cukup baik. Tanaman akan tumbuh lebih tinggi dan jumlah daun dan anakan akan optimal untuk menangkap sinar matahari untuk mendapatkan lebih banyak pasokan energi (Hardjowigeno, 1995). Lebih banyak sinar matahari akan meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, umbi berat basah, umbi kering, serta produksi umbi bawang Dayak. Selain itu, kandungan pH yang lebih tinggi dan sistem aerasi yang lebih baik pada tanah mineral berpasir akan menghasilkan serapan hara yang lebih besar.

Demikian pula, senyawa bioaktif pada tanah mineral berpasir memiliki Eleutherine yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah gambut yang terutama terjadi pada usia 18 minggu DAS. Ini terjadi karena perbedaan karakteristik dan tingkat kesuburan jenis tanah ini. Sintesis senyawa bioaktif pada tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh 1) faktor keturunan (komponen genetik), 2) faktor ontogeni (tahap perkembangan), dan 3) faktor lingkungan. Oleh karena itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi metabolisme sekunder meliputi iklim, area tumbuh, lingkungan tanaman, dan metode penanaman (Robbers et al., 1996).

Kesimpulan

Kalimantan Tengah memiliki beragam karakteristik tanah dan tingkat kesuburan. Penting untuk dicatat bahwa tanah mineral berpasir dan tanah gambut cenderung digunakan sebagai media untuk budidaya bawang Dayak. Tanah berpasir-mineral memberikan pola pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, berat umbi basah, berat umbi kering, dan senyawa bioaktif yang lebih baik daripada tanah gambut. Padahal, pola pertumbuhan umbi tertinggi yaitu bobot basah dan umbi kering pada bawang Dayak ini terjadi pada umur 20 minggu DAS sedangkan senyawa bioaktif tertinggi dapat ditemukan dalam kandungan Eleutherine pada usia 18 minggu DAS.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari jurnal Pola pertumbuhan dan kandungan eleutherine dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia Merr.) Di tanah mineral berpasir dan tanah gambut adalah penyampain dari tujuan jurnal jelas dan mudah di pahami. Sedangkan kekurangan pada jurnal ini adalah isi kesimpulan kurangnya informasi terhadap keseluruhan isi peneitian.

Literatur

Titin Apung Atikah, dkk. 2017. The growth patterns and eleutherine content of dayak onion ( Eleutherine palmifolia Merr.) in sandy mineral soil and peat soil.International Journal of Biosciences | IJB |.Vol. 10, No. 4, p. 222-231.(Diakses pada tanggal, 14 Juni 2020 pukul 12.03.

 

 

 



A.Dasar Teori

 kunyit  adalah salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.  Hampir setiap orang  asia padaumumnya sering mengonsumsi kunyit, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan Janar. Kunyit tergolong dalam kelompok Zingiberaceae atau jahe jahean. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda) , kunyit (Indonesia ) dan Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun.

B. Tujuan

  Tujuan pembuatan bubuk kunyit instan adalah

1. Untuk mengetahui manfaat kunyit bagi Kesehatan

2. Untuk dapat membuat bubuk kunyit instan

Kunyit asam ini memiliki begitu banyak manfaat diantaranya :

1.      Mendinginkan tubuh.

2.      Membersihkan dan mempengaruhi bagian perut

3.      Merangsang dan melepaskan lebihan gas di perut (cocok untuk orang yang sakit maag)

4.      Menghentikan pendarahan dan mencegah penggumpalan.

5.      Anti gatal, anti septik dan anti kejang.

 

C.Persiapan

1. Alat

a.       Piasu

b.      Parutan

c.       Baskom

d.      Wajan

e.       Ayakan

f.       Kompor

g.      Adukan

h.      Plastik

2.      Bahan    

       a.    Kunyit         : 62.5 gram

       b.    Gula pasir   : 125 gram

       c.    Air              : 125 ml (Pemakaian secukupnya)

 

D. Cara atau proses Pembuatan

1. Pemarutan

Bahan yang digunakan berupa umbi kunyit di kupas hingga bersih, kemudian diparut sampai halus. Pemarutan dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan mesin. Sementara cengkih dicuci dan kemudian ditumbuk hingga halus.

2. Pemerasan

Umbi kunyit yang telah diparut kemudian diperas dan dicampur dengan air perasan jeruk nipis. Kemudian ditambahkan cengkih yang telah ditumbuk halus. Dicampur rata dan selanjutnya campuran tersebut disaring kembali hingga diperoleh sari kunyit, jeruk nipis, dan cengkih.

3. Penambahan Gula dan Garam

Ke dalam sari kunyit, jeruk nipis, dan cengkih hasil penyaringan tersebut ditambahkan gula pasir (sebanyak setengah dari volume) serta garam. Kemudian diaduk-aduk hingga seluruh gula pasir dan garam yang dicampurkan dapat terlarut sempurna.

4. Pemasakan

Setelah tercampur rata, sari kunyit tersebut dimasak dalam wajan dengan api sedang. Dalam pemasakan ini perlu diperhatikan agar wajan yang digunakan harus dalam kondisi yang benar-benar bersih dan terbebas dari segala kotoran khususnya minyak. Adanya minyak sisa gorengan akan menyebabkan kegagalan proses pembuatan kunyit instan. Selama pemasakan, pengadukan harus terus dilakukan untuk menghindari penggumpalan atau penghangusan. Pemasakan terus dilakukan hingga terbentuk adonan yang kental dan berkesan berminyak

5. Penambahan Gula

Jika adonan sudah kental maka ditambahkan setengah volume gula pasir yang masih tersisa dan terus dilakukan pengadukan. Pemasakan dan pengadukan terus dilakukan hingga adonan mengental dan terbentuk serbuk atau bubuk. Dalam keadaan masih panas, serbuk yang terbentuk harus dihancurkan/dihaluskan menggunakan pengaduk hingga menjadi serbuk yang lembut. Penghancuran yang dilakukan dalam keadaan dingin, akan sulit dilakukan mengingat serbuk tersebut telah mengeras. Selanjutnya diangkat dari wajan dan didinginkan.

6. Pengayatan

Serbuk yang telah dihancurkan, kemudian diayak hingga diperoleh kunyit instan yang benar-benar lembut. Untuk serbuk yang belum lolos ayakan, dapat dihancurkan lagi. Kunyit instan hasil pengayaan tersebut kemudian segera dikemas dalam kantong plastik ataupun toples.

 

E. Halyang harus di perhatikan dalam tiap proses

1. Kualitas Kunyit

Biasanya rimpang kunyit yang digunakan berasal dari kunyit gajah atau kunyit emprit yang mempunyai kualitas tinggi, yaitu memenuhi persyaratan sebagai berikut :

- Sehat, tidak busuk dan tidak kisut

- Segar, belum terlalu lama disimpan

- Cukup Tua

- Bersih dari kotoran

- Kulitnya mengkilap

2. Gula pasir yang digunakan haruslah berwarna putih bersih dan bebas dari segala kotoran

3. Volume bahan yang digunakan dalam pembuatan kunyit instan mempunyai perbandingan sendiri, yaitu :

- Umbi kunyit : 5 Kg
- Gula pasir : 10 Kg

 Jika akan dibuat kunyit instan dalam jumlah yang besar, maka volume bahan dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan atau disesuaikan dengan perbandingan yang sama.

4. Besar api selama pemasakan, besar api dalam pemasakan di sesuaikan dengan banyaknya bahan yang di masak untuk menghindari kegosongan.



   BAB I. PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang
     Limbah peternakan merupakan sumber pupuk organik yang sangat baik apabila dikelola dengan menggunakan kaidah-kaidah pengolahan pupuk organik, termasuk di dalamnya cara pembuatan pupuk organik. Cara pembuatan pupuk organik bermacam-macam, salah satunya menggunakan EM4 dan menggunakan star bio (stardec) (Ida Syamsu Roidah, 2013). Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan ungags (Maria Erviana Kusuma, 2012). Pupuk organik (pupuk kandang) mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan nitrogen dan kalium bersal dari kotoran cair (Suryono, 2014).   
     Kandungan unsur hara pupuk organik bermacam-macam, tergantung pada bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya. Secara umum kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari : karbon 8,2%, nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Seperti halnya pupuk kandang, pupuk kompos yang akan digunakan haruslah kompos yang baik. Secara fisik sulit dilihat kompos yang baik dengan kompos yang kurang baik. Namun, secara umum pupuk tersebut mempunyai butiran yang lebih halus dan berwarna coklat agakkehitaman (Aini Indrasari, 2006) 

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyediaan pupuk organik berkualitas untuk pengembangan usaha baru untuk pertanian?
2. Bagaimana memanfaatkan kekurangan pupuk organik yang berkualitas pada budidaya tanaman. Limbah usaha pertanian yang belum termanfaatkan. 

1.3 Tujuan Makalah
  Penulisan makalah ini yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Peternakan UntukPertanian Terpadu”  adalah  
1. Dapat sebagai landasan baru untuk penelitian berkelanjutan tentang pemanfaatan limbah ternak sebagai pertanian terpadu. 
2. Mengetahui limbah peternakan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian. 
3. Mengetahui fungsi dan manfaat perbedaan penggunaan pupuk kandang, serta pengolahannya.

Tabel .  Hasil  Pengamatan  Kadar  Air (%) Tempe Kacang Negara Kajian Dosis Ragi dan    Lama Fermentasi.

Taraf Dosis Ragi (mg/g)

(N)

Kadar air ( %)

Jumlah Perlakuan (T)

Ulangan

I

Ulangan

II

Ulangan

III

Ulangan

IV

 

V1 (Lama Fermentasi (jam ))

N0

3,852

2,606

3,144

2,984

12,496

N1

4,788

4,936

4,562

4,608

18,894

N2

4,576

4,454

4,884

3,924

17,838

N3

6,034

5,276

5,906

5,652

22,868

N4

5,874

5,916

5,984

5,518

23,292

 

V2

N0

2,846

3,794

4,108

3,444

14,192

N1

4,956

5,128

4,150

4,990

19,224

N2

5,928

5,698

5,810

4,308

21,744

N3

5,664

5,362

6,458

5,474

22,958

N4

5,458

5,546

5,786

5,932

22,722

 

V3

N0

4,192

3,754

3,738

3,428

15,112

N1

5,250

4,582

4,896

4,286

19,014

N2

5,822

4,848

5,678

4,932

21,280

N3

5,888

5,524

6,042

4,756

22,210

N4

5,864

6,264

6,056

5,362

23,546

Jumlah Ulangan (g)

     76,992

     73,688

     77,202

     69,508

 

Jumlah umum 

 

 

297,390

 

Pertanyaan  Buat Anova apabila berpengaruh nyata  (5%) Uji lanjut dengan menggunakan uji dengan BNJ 5% dan tarik kesimpulannya.

Derajat bebas

Derajat bebas total (Dbt) = (4 x 3 x 5) – 1 = 59

Faktor Koreksi (FK)

FK = 297,3902 / (4 x 3 x 5) = 88.440,812/ 60 = 1.474,013

Jumlah Kuadrat (JK)

Jumlah Kuadrat total = = x12 + x22…+ x – FK = 14.597,27

JK perlakuan = ∑total/t – FK = 6.074,366 / 4 = 1.518,591- 1.474,013 = 44,578

 

 

N0

N1

N2

N3

N4

Total

V1

12,496

18,894

17,838

22,868

23,292

95,388

V2

14,192

19,224

21,744

22,958

22,722

100,84

V3

15,112

19,014

21,280

22,210

23,546

101,162

Total

41,8

53,23

60,892

68,036

69.56

297,39

Perhitungan JK

JKV = 95,3882 + 100,842 + 101,1622 / (4 x 5) – FK

= 29.501,326/ 20 – FK 

= 1.475,066 -  1.474,013 = 1,053

JKN = 41,82 + 53,232 + 60,8922 + 68,0362 + 69,562 / (4 x 3) – FK

= 17.755,999 / 12 -Fk

= 1.479,666 - 1.474,013 = 5,653

JKVN = JKPer – JKV – JKN = 44,578 – 1,053 – 5,653 = 37,872

JK galat = JKtota – JKV – JKN – JKVN

= 14.597,27 -1,053 – 5,653 – 37,872

  = 14. 552,692

SK

Db

JK

KT

F Hit

F tab 5%

Ftab 1%

Per

14

44,578

3,184

 

 

 

V

2

1,053

0,526

0.00162

19,42

99,43

N

4

5,653

1,413

0.00436

5,87

14,25

VN

8

37,872

4,734

0,0146

3,24

5,56

Galat

45

14. 552,692

323,393

 

 

 

Total

59

14.597,27

 

 

 

 

Kesimpulan : Pada perakuan dosis ragi dan lama permentasi (jam) tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air persen tempe kacang negara, karena Fhitung lebih kecil dari F table.



Cari Blog Ini

Terbaru

SYARAT TUMBUH KELAPA SAWIT

Popular Posts