Tampilkan postingan dengan label LAPORAN PRAKTIKUM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LAPORAN PRAKTIKUM. Tampilkan semua postingan

LAPORAN  PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN
ACARA III
HUBUNGAN AIR DENGAN TANAMAN : TRANSPORT DAN KEBUTUHAN
20170913092053.jpg
Disusun Oleh :
                                    Nama                           : Batsyeba Panggabean
                                    NPM                           : E1J017060
                                    Shift                            : Kamis , 08.00 – 10.00
                                    Co.Ass                        : Natal Pandapotan Nadeak
                                    Dosen                          : Dr.Ir. Catur Herison  M,Sc.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh interaksi antara potensi genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang besar peranannya adalah air disamping faktor lain seperti kesuburan tanah dan iklim. Penting mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman secara terintegrasi agar dapat menentukan cara untuk mengoptimumkan produksi walaupunpada kondisi lingkungan yang sub-optimum (Diah, 2010).
Air merupakan suatu molekul yang sederhana, terdiri 1 atom oksigen dan 2 atom hidrogen, sehingga berat molekulnya hanya 18gr/mol. Terlepas dari kesederhanaan komposisi atom penyusunnya dan ukuran molekulnya yang kecil, molekul air mempunyai beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik tersebut disebabkan karena rangkaian kedua atom hidrogen pada atom oksigen (yang berada ditengah) tidak membentuk garis lurus (Dwidjoseputro, 2011).
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Nugroho, 2012)
1.2  Tujuan Praktikum
1.      Mempelajari proses pengangkutan air oleh jaringan tanaman.
2.      Mempelajari kebutuhan air bagi tanaman.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media tanam Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada kondisi normal. Kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman untuk memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan merupakan cekaman bagi tanaman. Cekaman lingkungan dapat berupa faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut (Song, Nio dan Banyo, Yunia. 2011: 169).
Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Di samping itu air juga merupakan pelarut garam- garam, gas-gas dan zat- zat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun. Air juga berperan alam proses membuka dan menutupnya stomata (Roswanti, 2015).
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid ditemukan di dalam xilem hampir semua tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian besar angiosperma, serta segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji, memiliki unsur-unsur pembuluh (Campbell, 2002).
Trakeid adalah sel-sel yang panjang dan tipis dengan ujung meruncing. Air bergerak dari sel ke sel terutama melalui ceruk, sehingga air tidak perlu menyeberangi dinding sekunder yang tebal. Dinding sekunder trakeid diperkeras oleh lignin, yang mencegah sel-sel runtuh akibat tegangan transport air dan juga memberi dukungan. Unsur-unsur pembuluh umumnya lebih lebar, lebih pendek, berdinding tipis, dan kurang meruncing dibandingkan trakeid. Unsur-unsur pembuluh tersusun dengan ujung-ujung yang bersentuhan, membentuk pipa mikro panjang yang disebut pembuluh. Dinding ujung dari unsur pembuluh memiliki lempeng berlubang-lubang yang mengalirkan air secara bebas melalui pembuluh. Struktur trakeid dan unsur pembuluh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.Menurut Nugroho dkk (2012: 95), unsur-unsur xilem terdiri dari unsur trakeal, serat xilem, dan parenkim xylem.
Menurut Nugroho dkk (2017), floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel pengiring, sel albumin (pada gimnosperma), serat-serat floem, dan parenkim floem. Komponen utama dari floem adalah saringan elemen dan pendamping sel. Elemen saringan yang dinamakan demikian karena mereka akhir dinding berlubang. Hal ini memungkinkan koneksi antara vertikal-sitoplasma sel ditumpuk. Hasilnya adalah tabung saringan yang melakukan fotosintesis produk - gula dan asam amino - dari tempat di mana mereka diproduksi ("sumber"), misalnya, daun, ke tempat-tempat ("tenggelam") di mana mereka dikonsumsi atau disimpan, seperti : Akar Tumbuh ujung batang, daun, bunga,  buah, umbi-umbian, corms.



BAB III
METODOLOGI
3.1  Alat dan Bahan
Bahan     : Ranting tanaman berkayu Alamanda (Alamanda cathartica) yang    gmasih memiliki pucuk, air, dan gumpalan gum sebagai penutup jaringan tanaman.
Alat        : Pisau stek, botol aqua 1,5 L, gelas ukur, kapas.       
3.2  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
1.      Menyiapkan air yang cukup di dalam botol  aqua 1,5 L
2.      Memotong tangkai tanaman yang masih punya banyak daun.
3.      Memasukan potongan tangkai ke ember berisi air.
4.      Memotong dan membuang bagian dasar tangkai daun (kira – kira 5 cm dari pangkal) sisakan 5 daun pada tangkai yang akan digunakan.
5.      Mengupas kulit batang kira – kira 3 cm dari bawah , kikis jaringan floem dari kayu dan dibuang.
6.      Menyiapkan 3 tangkai daun dengan cara yang sama ,
7.      Menutup jaringan xylem pada tangkai pertama dengan gum.
8.      Menutup jaringan floem pada tangkai kedua dengan gum.
9.      Membiarkan jaringan xylem dan floem terbuka.
10.  Langkah selanjutnya memasukkan tangkai berdaun (7-8-9) ke dalam botol yang berisi air ( dan diketahui volume airnya).
11.  Menutup mulut botol dengan kapas.
12.  Meletakkan botol dirumah kawat.
13.  Mengukur ketinggian air pada tiap- tiap botol yang berkurang.
14.  Mencatat volume air yang hilang.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
a.      Percobaan Transport  Air
Tabel 1. Pengaruh perlakuan penutupan jaringan pengangkut air terhadap kehilangan air.
Perlakuan
Rata-ata air diserap pada hari ke-
Catatan Morfologi hari ke-
7
14
21
7
14
21
Xylem ditutup
0,5ml  
1 ml
 3 ml
Helaian daun berubah agak kekuningan dan ujung batang tumbuh jamur
2 helai daun menguning dan muncul pucuk muda. Serta banyak jamur pada ujung batang
Muncul daun yang segar dan hijau dan batangnya ditutupi jamur.
Phloem ditutup
 0
ml     
  1,5 ml
 2 ml
2 helai daun berwarna menguning dan muncul 2 pucuk
2 helai daun tua rontok dan tersisa 2 pucuk daun muda
Daun semakin dewasa dan pucuk daun tetap muncul
Control (tidak ditutup)
  0 ml     
  1,5 ml
 3 ml
Terdapat 4 helai daun yang muda, karena daun alamanda yang sisakan masih sangat muda
4 helai daun berwarna hijau dan pucuk yang berwarna hijau kekuningan
Terdapat 4 helai daun yang masih segar dan berwarna hijau



4.2    Pembahasan
Praktikum hubungan air dan tanaman kali ini kami mengamati tanaman alamanda selama 21 hari dengan perlakuan xilem ditutup, floem ditutup dan kontrol. Pada praktikum ini terdapat beberapa perubahan yang kami dapat pada ke-3 perlakuan ini. Kami menanam potongan cabang Alamanda tidak menggunakan akar dan tidak di tanah, melainkan di air .dan saat proses itu tanaman tersebut  mengalami perubahan yaitu tumbuh dengan subur dan mucul atau tumbuh pucuk dari setiap perlakuan.
Dari pengamatan yang kami lakukan terlihat bahwa tanaman alamanda yang ditutup xylemnya tampak daun alamanda agak sedikit menguning dalam 7 hari. Dan setelah 14 hari tanaman alamanda tersebut mengalami berkurangnya dua daun atau daun yang agak menguning pada hari ke-7 akhirnya menjadi gugur pada hari ke-14. Dan pada hari yang ke 21 tanaman alamanda tersebut mengalami perubahan yaitu mucul pucuk daun yang berwarna hijau yang sangat segar dan batang ditumbuhi jamur. Pada pengamatan ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa xylem merupakan jaringan pengangkut air dari akar ke daun. Hal ini disebabkan oleh ketebalan dinding sel dan patogen hidup di dalam sel floem sehingga tidak menyebabkan perubahan anatomi pada sel xilem. Sel xilem merupakan sel yang berbentuk cincin dan berdinding tebal (Susanti dkk, 2014).
 Pengamatan pada tanaman alamanda yang di tutup floemnya pada hari yg 7 mengalami perubahan warna yaitu warna kuning disertai dengan munculnya 2 pucuk. Perubahan pada hari yang ke 14 juga mengalami perubahan daunnya yang menguning gugur, dan pada hari yang ke 21 tanaman alamanda daunnya semakin dewasa dan pucuk daun tetap muncul dan terlihat segar. Pengamatan ini tidak sesuai dengan fungsi floem sebagai alat pengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan, karena jaringan floem sudah ditutup gum, tetapi tanaman masih tetap bertahan hidup. Hal ini dapat disebabkan pada saat pengikisan batang dan penutupan dengan gum tidak tepat pada jaringan floem, sehingga pada saat pengamatan tidak sesuai dengan teori.
Pengamatan tanaman alamanda dengan perlakuan control pada hari ke-7 terdapat 4 helai daun yang muda, karena daun alamanda yang sisakan masih sangat muda, pada hari ke- 14 terdapat 4 helai daun berwarna hijau dan pucuk yang berwarna hijau kekuningan, dan pada hari ke- 21 Terdapat 4 helai daun yang masih segar dan berwarna hijau. Hal ini bisa dikatakan sesuai dengan teori karena jaringan xylem dan floem pada tanaman tidak ditutup sehingga jaringan pengangkut pada tanaman dapat berfungsi sesuai tugasnya masing- masing.
Serapan air pada setiap selama 3 minggu pengamatan tersebut tidak tinggi. Pada awal pembuatan sampel, kami menggunakan 22 ml air dan sampai pengamatam terakhir paling banyak 3 ml air yang diserap tanaman. Hal ini dapat disebabkan oleh laju transpirasi yang rendah, karena pada saat pengamatan lebih banyak musim penghujan daripada musim kemarau. Sehingga laju transpirasi tanaman menjadi rendah.
Dengan demikian pada praktikum hubungan air dan tanaman ini, fungsi dari jaringan xylem dan floem belum dapat diamati secara langsung. Hal ini disebabkan oleh faktor dari penyiapan bahan tidak teliti dan tepat sehingga hasinya tidak sesuai dengan teori yang selama ini dipelajari. Dan air yang diserap tanaman dikategorikan rendah karena dipengaruhi oleh musim penghujan yang lebih tinggi daripada musim kemarau, sehingga laju penguapan atau transpirasi rendah.

        






BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan teori didapat bahwa jaringan pengangkut air di tanaman adalah jaringan xylem. Xylem berfungsi untuk mengangkut air untuk kebutuhan fotosintesis pada tanaman. Floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dan mengedarkan pada seluruh tubuh tanaman. Namun, pada praktikum ini, toeri tidak terbukti jelas, karena diakibatkan kekurang telitian dalam mempersiapkan bahan sampel.
5.2  Saran
Saran untuk praktikum ini diharapkan pada saat pembuatan media agar praktikan lebih kondusif lagi agar praktikum dapat berjalan dengan baik. Untuk setiap pengamatan agar dilakukan dengan benar, supaya tujuan dari  pengamatan dapat tercapai.









LAPORAN  PRAKTIKUM
 FISIOLOGI TANAMAN
ACARA IX
“ PENGARUH AUKSIN PADA PERAKARAN TANAMAN”
                                                Nama               : Mimoto Linardo
                                                NPM               : E1K018040
                                                Shift                : Jumat, 14.00-16.00
                                                Dosen              : Dr.Ir.Atra Romedia,M.Si.
                                                                                                




PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN
JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Dalam bidang pertanian, kita bukan hanya dituntut untuk menjadi petani saja, kita dituntut mampu membawa pertanian masa ini lebih maju lagi dan dapat mengejar ketertinggalan kita dari Negara lain yang pertaniannya begitu maju. Yang diharapkan nantinya kita bisa memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar kita agar bisa lebih bermanfaat buat kita yang terkadang juga dapat bernilai ekonomis, menjaga kelestariannya dengan menggunakan teknologi dan cara-cara pengembangbiakan yang relatif cepat.
Perbanyakan tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas. Sedangkan pemotongan stek bagian pangkal harus meruncing. Ketika membuat potongan meruncing. Hendaknya kita usahakan potongan itu sedikit menyentuh again mata tunas, dengan demikian nantinya stek yang diharapkan akan berhasil (Aak, 2002).
Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Dengan kata lain setek  atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru (Yustina, 2010).
Auksin berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh auksin pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar (Salisbury dan Ross, 2006).
Usaha memanipulasi yang dapat dilakukan dalam pembiakan stek pada umumnya menggunakan hormon atau zat pengatur tumbuh kelompok auksin. Dalam upaya menumbuhkan akar, faktor yang mempengaruhi adalah faktor dalam dan luar. Faktor dalam yang mempengaruhi yaitu macam dan umur bahan stek, adanya tunas dan daun, kandungan bahan makanan, kandungan zat pengantur tumbuh dan terbentuknya kalus. Sedangkan faktor luar adalah media perakaran, kelembaba', suhu, cahaya dan faktor pelaksanaan (Hartmann dan Kester, 2004).

1.2.  Tujuan
1.        Untuk mempelajari pengaruh auxin terhadap pertumbuhan akar tanaman dari bahan setek






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hormon dibentuk di suatu tempat tetapi menjalankan fungsinya di tempat lain. Berbeda dengan enzim, hormon selama proses – proses metabolik, dan harus diperbaharui untuk menjaga kelangsungan pengaruhnya. Pertumbuhan di satu bagian dapat bergantung pada kegiatan selular lainnya. Dengan bantuan hormon, sel– sel tumbuhan dapat diubah dari unit– unit yang bebas menjadi bagian– bagian yang saling berkaitan dalam satu kesatuan organisme (Heddy. 2013).
Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA) (Kris, Joko. 2016).
Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil absisi dan Pembentukan akar adventif (Dwidjoseputro, 2012).
Upaya perbanyakan secara vegetative dengan cara stek bertujuan untuk memperoleh persentase tumbuh yang  tinggi, adanya peningkatan sistem pertumbuhan perakaran, serta bibit tanaman yang ditanam lebih mampu dan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pemberian Auksin dalam stek sirih merah dapat meningkatkan pertumbuhan akar jika diberikan dengan konsentrasi yang tepat. NAA merupakan kelompok zat pengatur tumbuh dari kelompok Auksin, yang mempunyai peranan dalam merangsang pertumbuhan akar lateral/samping (Lakitan, 2006).
Pemotongan akar adalah pemangkasan akar-akar semai dalam bedengan persemaian untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Daniel, dkk, 1995).
Bagian tanaman yang dipergunakan untuk stek, yaitu akar, daun, dan batang. Stek daun atau tunas ada yang disertai sedikit bagian dari batang. stek batang lunak, yaitu stek ujung batang yang masih sedikit berkayu, sedangkan stek batang keras diambil dari cabang yang sudah dewasa pada waktu pertumbuhannya akan terhenti (Kusumo, l984). Faktor penting dalam pembentukan perakaran stek, yaitu : menyediakan air yang cukup untuk seluruh stek dan mengurangi penguapan dari bagian atas seperti daun, persedian udara yang cukup di bagian bawah stek, perkembangan dan pertumbuhan akar dapat terhenti jika kekurangan oksigen, dan cahaya yang terpencar menyebabkan air dan suhu optimum yang tetap. Keadaan di atas dapat diperoleh dengan mempergunakan medium Auksin : zat pengatur tumbuh penting meningkatkan akar yang longgar dan bersifat spon, sehingga dapat menahan air banyak tetapi aerasi cukup.
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan tanaman hortikultura komersial terutama untuk akar (Dewi, 2008).
Auksin dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat ditentukan oleh struktur molekul, yaitu : adanya struktur cincin yang tidak jenuh; adanya rantai keasaman; adanya gugus karboksil (COOH) dari struktur cincin; dan adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman (Kaeffli, Thimann dan Went 1966 dalam Abidin, 1987).



BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah polybag, kertas label, pena gelas ukur, dan gunting stek. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah larutan auksin dengan merek dagang Rootone- F yang terdiri dari beberapa konsentrasi, tangkai tanaman asoka, pupuk kandang.

3.2. Metode Praktikum
1.      Larutan auksin (merek dagang Rootone-F) disiapkan dengan konsentrasi 1000 ppm.
Caranya, Rootone auksin ditimbang sebanyak 100 mg, larutan dala 100 ml aquades
2.      Larutan auksin diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 0,1; 1,0; 10,0; 100; dan 1000 ppm
3.      Batang kangkung dan melati  dipotong sepanjang 10 cm,dan dimasukkan kedalam larutan auksin
4.      Satu cabang kangkung dan melati disiapkan, dimasukkan kedalam air suling sebagai kontrol
5.      Cabang yang dimasukkan kedalam larutan ditunggu 30 menit,
6.      Batang yang telah dimasukkan kedalam  larutan ditanam kedalam media tanam
7.      Pengamatan dilakukan selama 4 minggu


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Parameter diukur
Konsentrasi Auksiri (Rootone-f)
SKK Pucuk Kangkung
Stek Pucuk Taduk

0,0
0,1
1,0
10,0
100
1000
0,1
0,1
1,0
10,0
100
1000
Jumlah akar
5
-
-
-
-
10
21
1
32
24
10
10
Akar terpanjang(mm)
27 mm
-
-
-
-
79 mm
20 mm
13mm
46 mm
51 mm
21 mm
86 mm
Akar terpendek (mm)
3 mm
-
-
-
-
3 mm
3 mm
o
5 mm
3 mm
6 mm
5 mm
Total panjang akar (mm)
30 mm
-
-
-
-
82 mm
23 mm
13 mm
51 mm
54 mm
27 mm
91 mm

4.1    Pembahasan
Menurut literature Dahlia (2011) menunjukkan bahwa dominanis apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akna menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk.  Auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanmana yang akna didistribusikan secara polar yag mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa percobaan sesuai literature untuk tanaman kangkung. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi auksin yang tinggi seperti 100 dan 1000 ppm, tanaman stek tersebut telah mulai memiliki akar, terlihat dari jumlahnya bahwa stek tanaman kangkung yang diberi auksin 100 ppm memiliki jumlah akar, maupun total panjang akar yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan stek tanaman kangkung yang diberikan konsentrasi 1000 ppm.
Sedangkan untuk stek tanaman asoka, dari 5 konsentrasi yang di uji. Tidak satupun yang mampu memunculkan akar. Hal ini sesuai dengan literature yang dinyatakan Salisbury dan Ross (1995) bahwa ada tanaman tertentu yang mampu menghasilkan auksin endogen dalam jumlah sedikit bahkan kurang, sehingga meskipun diberikan zpt auksin sintetik, tetap sulit untuk berakar. Sehingga untuk tanaman yang seperti ini, harus mendapatkan perlakuan yang lebih. Misalnya dengan penyiraman yang optimum, serta factor-faktor ekstrernal maupun internal yang dapat memacu pertumbuhan akarnya harus sangat diperhatikan untuk menjaga kualitas dari tanaman yang akan dibudidayakan nantinya.



























BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah tanaman yang di stek mampu muncul akarnya lebih cepat jika diberikan auksin. Namun ternyata ada tanaman yang sulit berakar meskipun sudah diberikan auksin, dikarenakan tanaman tersebut memproduksin auksin endogen dalam jumlah yang sangat sedikit.

5.2    Saran
Sebaiknya para praktikan dalam melakukan praktikum harus lebih tertib, lebih berkonsentrasi dan diharapkan utnuk para praktikan agar mengurangi suaranya agar para praktikan lainnyatidak terganggu. Dan juga diharapkan  lagi agar dalam melakukan percobaan ini praktikan  dapat melakukan kegiatan praktikum dengan baik dan hasilnya pun lebih optimal.


















DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2002. Budidaya Tanaman Mangga. Kanisius: Yogyakarta
Abidin, Z. 1987. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa: Bandung. Dwidjoseputro, S. 2012. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Dewi, R. I., 2008. Peran dan fungsi fitohormon bagi tanaman. Makalah. Universitas Padjajaran: Bandung
Hartman, H. T. and D. E. Kester. 2004. Plant Propagation. Principle and Practices 3nd ed. Prentice Hall of India Private. Ltd., New delhi.
Heddy. 2013. Hormon Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kris Joko, Usman. 2016. Penuntun Fisiologi Tanaman. Bengkulu : Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.        
Lakitan, B. 2006. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 2006. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryo. ITB Press: Bandung.
Yustina, E. W. 2010Jenis dan Budidaya. Penebar Swadayana: Depok











Cari Blog Ini

Terbaru

SYARAT TUMBUH KELAPA SAWIT

Popular Posts