Judul Jurnal        : Analisis Risiko Supply Chain Pada Pt Kasin Malang Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Fuzzy- Ahp)

Penulis                : Yuli Kartika Sari1, Purnomo Budi Santoso, Ratih Ardia Sari

Tahun                 : 2013

Revewer             : Tonni Situmorang CGA 118 039

Ringkasan

1. Pendahuluan

    Manfaat supply chain management pada  suatu  perusahaan  sangat  penting  antara lain untuk kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunkan biaya, dan membuat perusahaan  semakin  kuat. Menurut Trieschman dan Gustavson (1979) dalam Suwandi (2010:21) risiko adalah ketidak pastian yang berkenaan dengan kerugian dan  merupakan  sebuah  masalah  dalam  bisnis dan individual dalam setiap segi kehidupan. Penanganan   risiko   yang   ada   pada   SCM biasanya disebut dengan supply chain risk management (SCRM). Menurut Zsidisin et al (2004:397) supply chain risk management merupakan suatu kejadian potensial dari kecelakaan atau kegagalan untuk menangkap peluang     dari inbound     supply yang     akan berakibat pada kehilangan atau berkurangnya pendapatan pada sektor keuangan. Dengan  penelitian  ini  maka  diharapkan dapat memberikan saran dan rekomendasi pada perusahaan  dalam  pengelolaan  dan penyelesaian risiko yang terjadi serta dapat membantu perusahaan untuk menghadapi risiko yang   timbul   pada   supply   chain

2.  Metode Penelitian

Metode     penelitian     ini     merupakan penelitian deskriptif yang membutuhkan langkah-langkah sistematis sebagai berikut:

1.  Studi Lapangan dan Studi Literatur

       Studi     lapangan     ini     diawali     dengan melakukan observasi ke bagian yang terkait secara  langsung  dan  menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada pihak expert yaitu Kepala Bagian Umum dan Direktur Utama

2.  Identifikasi Masalah

Identifikasi   masalah   pada   penelitian   ini meliputi:   adanya   beberapa   risiko   yang timbul pada supply chain  yang  ada di PT Kasin Malang.

 

3.  Pengumpulan Data

Pengumpulan   data   pada   penelitian   ini didapatkan  dengan  cara  melakukan observasi dan brainstorming kepada pihak terkait serta menggunakan data historis dari PT Kasin Malang. Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a.  Profil perusahaan PT Kasin Malang

b.  Struktur    organisasi    pada    PT   Kasin Malang

c.  Produk dari PT Kasin Malang d.  Data permintaan

4.  Pengolahan Data

     Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a.  Perhitungan    dengan    Fuzzy    Analytic

Hierarchy     Process     (FAHP)     yang meliputi:

1) Identifikasi risiko supply

2) Identifikasi risiko demand

3) Identifikasi risiko operational

4) Identifikasi risiko environmental

5) Melakukan       perhitungan       bobot menggunakan FAHP pada risiko dan jenis-jenis risiko yang telah diidentifikasi.

b.  Perhitungan Fault Tree Analysis (FTA) Pada     perhitungan     FTA     dilakukan pengidentifikasian   penyebab   terjadinya kegagalan     serta     menghitung     nilai probabilitas  terjadinya  kegagalan  pada jenis risiko terbesar yang memiliki bobot tertinggi   yang   telah   didapatkan   pada perhitungan FAHP.

c.  Risk Strategy

     Pada tahap risk strategy ini adalah memberikan saran serta rekomendasi perbaikan pada penyebab kegagalan yang ada pada risiko supply chain.

3.  Hasil dan Pembahasan

3.1  Identifikasi Risiko dan Jenis Risiko

       Pada   tahap   ini   dilakukan   penjabaran tentang risiko dan jenis risiko yang terjadi pada perusahaan.      Penjabaran      risiko      tersebut berdasarkan pada risiko supply chain yang meliputi risiko supply, risiko demand, risiko operational dan risiko environmental

3.2 Perhitungan Nilai Konsistensi FAHP

      Berdasarkan  identifikasi  masalah  yang telah dilakukan pada tahap selanjutnya maka diketahui terdapat 3 kriteria dan 14 subkriteria yaitu pada kriteria supply (K1) sebanyak 5 meliputi  kualitas  bahan  baku  (S1), keterlambatan bahan baku (S2), kesalahan item yang dikirim  oleh supplier  (S3), ketersediaan bahan baku (S4), dan harga bahan baku yang tinggi (S5). Kriteria demand (K2) sebanyak 4 meliputi reject produk yang tinggi (S6), target produksi tidak tercapai (S7), permintaan yang bervariasi (S8), dan ketidakstabilan permintaan konsumen (S9). Kriteria operational (K3) sebanyak  6  meliputi  permintaan  yang berlebihan  (S10),  revisi  pesanan  (S11), tingginya biaya transportasi (S12), kualitas pelayanan dan pengiriman (S13), perubahan teknologi   (S14)   dan   sumberdaya   manusia

3.3  Usulan   Mitigasi  Setiap   Risiko   Kritis

       Dari   beberapa   analisis   akar   penyebab permasalahan di atas diketahui bahwa permasalahan  yang  paling  sering  terjadi  pada perusahaan adalah pada mesin, pekerja dan supplier. Kendala yang ada pada mesin adalah kurangnya perawatan, oleh karena itu pihak perusahaan  seharusnya  lebih  memperhatikan dan mengawasi perawatan mesin yang ada pada perusahaan agar nantinya permasalahan yang mengenai mesin dapat diatasi dan dapat dihindari.      Kendala   yang   ada   pada   pekerja adalah mengenai ketidakpatuhan karyawan, kelalaian karyawan, serta kurangnya pelatihan pada pekerja. Oleh karena itu seharusnya untuk pengukuran kinerja dan perbaikan dilakukan secara terus-menerus, serta melakukan pengawasan dengan memberi tanggungjawab pada  masing-masing  departemen  agar  dapat meningkatkan  kinerja  pada  perusahaan  selain itu untuk mendapatkan pekerja yang handal seharusnya perusahaan melakukan pelatihan kerja yang maksimal terlebih dahulu agar dapat mengikuti pekerja yang lain. Kendala lain yang ada  pada  PT Kasin  Malang  adalah  mengenai supplier  baik  itu  terjadinya  penumpukan pesanan yang dikarenakan oleh supplier yang memesan pada bulan-bulan tertentu serta keterlambatan supplier dalam mengantarkan bahan baku. Oleh Karena itu cara yang harus dilakukan perusahaan untuk dapat menghindari adanya pesanan yang menumpuk adalah dengan memberikan diskon serta memberikan harga khusus pada supplier yang memesan barang 3-4 bulan sebelumnya untuk dapat menghindari adanya pemesanan yang berlebihan pada bulan- bulan tertentu. Selain itu, masalah yang terjadi pada kendala supplier adalah keterlambatan supplier   dalam   mengantarkan   bahan   baku. Untuk dapat menghindari kendala tersebut adalah dengan melakukan kebijakan yaitu melakukan persediaan yang cukup untuk mengantisipasi adanya keterlambatan bahan baku tersebut mengingat pada PT Kasin saat ini tidak ada persediaan bahan baku untuk mengantisipasi adanya keterlambatan bahan baku.

4. Kesimpulan

1.  Terdapat  19  jenis  risiko  yang  ada  pada  4 risiko supply chain PT Kasin Malang

3. Untuk mengetahui nilai kritis yang ada pada jenis risiko supply chain yaitu didapatkan bahwa target produksi tidak tercapai sebesar

4. Akar penyebab  jenis risiko  kritis pada PT Kasin Malang meliputi revisi pesanan pembelian,  target  produksi  tidak  tercapai, serta kualitas pelayanan dan pengiriman

5. Akar penyebab yang ada pada jenis risiko revisi   pesanan   pembelian   yaitu   kurang maintenance,    mesin    yang    sudah    tua


      Fermentasi adalah proses perombakan gula dan asam sitrat dalam pulp menjadi asam-asam organik yang dilakukan oleh mikrobia pelaku fermentasi (Meersman et al., 2013). Asam-asam organik tersebut akan menginduksi reaksi enzimatik yang ada di dalam biji sehingga terjadi perubahan biokimia yang akan membentuk senyawa yang memberi aroma, rasa, dan warna pada kakao (Apriyanto et al., 2016).        Fermentasi merupakan inti dari proses pengolahan biji kakao.  Proses ini tidak hanya bertujuan untuk membebaskan biji kakao dari pulp(daging buah) dan mematikan biji saja, namun tujuan dari proses fermentasi ini terutama untuk memperbaiki dan membentuk cita rasa dan aroma cokelat yang enak dan menyenangkan serta mengurangi rasa sepat dan pahit.

Fungsi fermentasi biji kakao diantaranya untuk
1) menghilangkan pulp buah,
2) mematikan lembaga biji sehingga perubahan-perubahan di dalam biji akan mudah terjadi (warna keping biji),
3) membentuk prekusor rasa dan aroma, serta
4) menghambat pertumbuhan mikroba patogen

     Beberapa aspek penting yang berperan dalam kesempurnaan proses fermentasi diantaranya adalah berat biji yang akan difermentasi, pengadukan, lama fermentasi, dan rancangan tempat fermentasi

      Proses fermentasi terbagi 3 tahapan yaitu:

1) Tahap anaerobic mengkonversi gula menjadi alkohol dalam kondisi rendah oksigen dan pH dibawah 4,

2) Tahap Lactobacillus lactis yang keberadaannya mulai dari awal fermentasi, tetapi hanya menjadi dominan antara 48 dan 96 jam. Lactobacillus lactis mengkonversi gula dan sebagian asam organik menjadi asam laktat,
3) Tahap bakteri asam asetat, dimana keberadaan bakteri asam asetat juga terjadi selama fermentasi, tetapi peningkatan aerasi. Bakteri asam asetat berperan dalam mengkonversi alkohol menjadi asam asetat. Konversi tersebut akibat reaksi eksotermik yang sangat kuat yang berperan dalam peningkatan suhu. Pada tahap ini suhu bisa mencapai 50 °C atau lebih tinggi pada sebagian fermentasi. Proses ini dilakukan dengan cara memeram biji kakao pada wadah tertutup selama 5–7 hari dengan disertai pembalikan setiap 2 hari sekali

Permentasi berdasarkan tempatnya :

1. Box Fermentation 

Peti fermentasi yang terbuat dari kayu keras, dasar peti biasanya dibuat dari plat – plat yang disusun sedemikian rupa sehingga biji tidak bisa keluar tetapi sweating dapat mengalir. Selain itu dapat juga dibuat dari papan yang diberi lubang perforasi yang berukuran 15 mm dengan jarak 10 – 15 cm. rongga atau lubang perforasi ini berguna untuk mengalirkan sweating dan tempat lewatnya udara.

2. Box Fermentation 

Peti fermentasi yang terbuat dari kayu keras, dasar peti biasanya dibuat dari plat – plat yang disusun sedemikian rupa sehingga biji tidak bisa keluar tetapi sweating dapat mengalir. Selain itu dapat juga dibuat dari papan yang diberi lubang perforasi yang berukuran 15 mm dengan jarak 10 – 15 cm. rongga atau lubang perforasi ini berguna untuk mengalirkan sweating dan tempat lewatnya udara.

3. Basket Fermentation 

Fermentasi ini sering juga dilakukan dalam keranjang seperti yang dilakukan di Nigeria. Keranjang yang digunakan tidak mempunyai ukuran tertentu dimana keranjang dilapisi oleh daun pisang kemudian baru dimasukkan biji kakao basah.  

4. Tray Fermentation 

     Cara ini adalah hasil pengembangan dari study mengenai heap fermentation oleh Rohan. Tray atau talam yang digunakan 0,9 x 0,6 x 0,13 meter, bagian dasar talam dibuat dari plat – plat kayu dan dilapisi anyaman agar dapat menahan biji.   Keuntungan dengan cara tray fermentation adalah:

1) Waktu yang diperlukan lebih singkat.

2) Tidak perlu pembalikkan berarti menghemat biaya.

3) Ruangan yang diperlukan untuk fermentasi lebih kecil.

       Tujuan utama pengeringan adalah mengurangi kadar air dalam biji kakao. Pada akhir fermentasi kandungan air harus diturunkan menjadi 7 % untuk menjamin penyimpanan yang aman (Effendi, 1989). Lamanya pengeringan sangat berpengaruh pada pembentukan aroma dan mutu biji kakao kering. Pengeringan yang lambat dapat menyebabkan tumbuhnya jamur, sebaliknya bila pengeringan terlalu cepat dapat menyebabkan oksidasi sehingga biji menjadi asam

 

 

Sumber : jurnalFERMENTASI KAKAO Oleh Yunisa Tri Suci, S.TP, MSi Calon Widyaiswara BPP Jambi

 


 

A      Latar Belakang

Minyak kelapa sawit pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu stearin (fraksi padatan) dan olein (fraksi cairan). Pemisahan kedua fraksi tersebut dilakukan melalui proses fraksinasi Pada proses fraksinasi akan didapatkan fraksi stearin sebanyak 25 persen dan fraksi olein (minyak makan) sebanyak 75 persen. Stearin memiliki slip melting point sekitar 44.5-56.2oC sedangkan olein pada kisaran 13-23oC. Hal ini menunjukkan bahwa stearin yang memiliki slip melting pont lebih tinggi akan berada dalam bentuk padat pada suhu kamar (Pantzaris, 1994). Fraksi stearin merupakan produk sampingan yang diperoleh dari minyak sawit bersama-sama dengan fraksi olein Teknologi pengolahan margarin dari fraksi sterain CPO bermacam-macam. berbagai teknologi pengolahan tersebut berpengaruh terhadap margarin yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai teknologi pengolahan margarin dari fraksi stearin CPO perlu diketahui sehingga diperoleh hasil margarin yang bermutu tinggi. Margarin merupakan suatu produk berbentuk emulsi baik padat maupun cair yang mengandung minyak tidak kurang dari 80% dan 15000 IU vitamin A per ponnya (FDA dalam Hasenhuett dan Hartel, 1997). Margarin dapat juga diartikan sebagai emulsi yang terdiri dari fase internal berupa cairan yang diselubungi oleh fase eksternal berupa lemak yang bersifat plastis. Komponen yang terkandung dalam margarin adalah lemak, garam, vitamin A, pengawet, pewarna dan emulsifier untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk (Hasenhuettl & Hartel, 1997).

 

1.2     Rumusan masalah

1.      Bagaimana teknologi pengolahan margarin dari fraksi stearin CPO baik secara dehidrogenasi maupun interesterifikasi?

2.      Bagaimana karakteristik margarin yang dihasilkan dari proses pengolahan margarin dengan bahan baku fraksi stearin CPO baik secara dehidrogenasi maupun interesterifikasi?

3.      Apa saja pemanfaatan margarin dalam kehidupan sehari-hari?


BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Desain Pengemasan

       Kemasan agar menarik harus dirancang dan dibuat sebaik mungkin, dalam merancang atau merencanakan pembuatan suatu kemasan sebaiknya kita memperhatikan hal-hal seperti berikut ini :1. Kesesuaian antara produk dengan bahan pengemasnya. Maksudnya adalah dalam menentukan bahan pengemas kita harus mempertimbangkan produk yang kita miliki. Jika produk kita berbentuk cairan seperti jus atau sirup, kita bisa memilih bahan pengemas seperti botol atau gelas plastik. Jika produk kita berupa makanan kering seperti keripik, kerupuk, atau yang lainnya kita bisa menggunakan plastik transparan dan lain sebagainya. Plastik dapat digunakan sebagai kemasan primer sekaligus dengan labelnya, juga bisa dimasukkan kedalam kemasan lain seperti dus kertas sebagai kemasan sekunder. 2. Ukuran kemasan dan ketebalan bahan kemasan ukuran kemasan berkaitan dengan banyak sedikitnya isi yang diinginkan, Sedangkan ketebalan berkaitan dengan keawetan dari produk yang ada didalamnya. Jika produknya sangat ringan seperti kerupuk sebaiknya kemasan di buat dalam ukuran relatif besar. 3. Bentuk kemasan agar kemasan menarik bentuk pengemas bisa dirancang dalam bentuk yang unik tergantung dari kreativitas perancangnya. Misalnya kemasan dus kertas bisa di buat seperti tabung, kubus, balok, trapesium atau bentuk-bentuk lainnya.

2.2. Labeling

       Label adalah suatu tanda baik berupa tulisan, gambar atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus sebagai yang memuat informasi tentang produk yang ada di dalamnya sebagai keterangan/ penjelasan dari produk yang dikemas. Label kemasan bisa dirancang atau didesain baik secara manual menggunakan alat lukis atau yang lainnya maupun menggunakan software komputer. Desain yang dibuat secara manual mungkin akan mengalami sedikit kesulitan ketika mau digunakan atau diaplikasikan sedangkan dengan menggunakan komputer tentunya akan lebih mudah. Dewasa ini keberadaan software – software komputer sangat membantu para desainer untuk merancang desain label yang baik, menarik, dan artistik sehingga dapat meningkatkan daya tarik produk terhadap konsumen. Suatu produk yang sama jika dikemas dalam kemasan dengan desain label berbeda sangat dimungkinkan daya jualnya juga berbeda. Merancang atau mendesain label kemasan sangatlah tergantung pada kreativitas para desainernya, baik ukuran, bentuk, maupun corak warnanya. Namun demikian ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat label kemasan yaitu, a). Label tidak boleh menyesatkan apa saja yang tercantum dalam sebuah label baik berupa kata-kata, kalimat, nama, lambang, logo, gambar dan lain sebagainya harus sesuai dengan produk yang ada di dalamnya; b). Memuat informasi yang diperlukan label sebaiknya cukup besar (relatif terhadap kemasannya), sehingga dapat memuat informasi atau keterangan tentang produknya; c). Hal-hal yang seharusnya ada atau tercantum dalam label produk makanan adalah sebagai berikut; 1) Nama produk Nama Produk adalah nama dari makanan atau produk pangan yang terdapat di dalam kemasan misalnya dodol nanas, keripik pisang, keripik singkong dan lain sebagainya; 2) Cap / Trade mark bila ada suatu usaha sebaiknya memiliki cap atau trade mark atau merek dagang. Cap berbeda dengan nama produk dan bisa tidak berhubungan dengan produk yang ada di dalamnya misalnya dodol nanas cap “Panda”, Kecap Ikan cap “Wallet”, dsb; 3) Komposisi / daftar bahan yang digunakan, komposisi atau daftar bahan merupakan keterangan yang menggambarkan tentang semua bahan yang digunakan dalam pembuatan produk makanan tersebut. Cara penulisan komposisi bahan penyusun dimulai dari bahan mayor atau bahan utama atau bahan yang paling banyak digunakan sampai yang terkecil; 4) Netto atau volume bersih netto atau berat bersih dan volume bersih menggambarkan bobot atau volume produk yang sesungguhnya. Apabila bobot produk berarti bobot produk yang sesungguhnya tanpa bobot bahan pengemas; 5)   Nama pihak produksi, nama pihak produksi adalah nama perusahaan yang membuat atau mengolah produk makanan tersebut; 6) Distributor atau pihak yang mengedarkan bila ada. Dalam kemasan juga harus mencantumkan pihak-pihak tertentu seperti pengepak atau importir bila ada; 7) No Registrasi Dinas Kesehatan. Nomor registrasi ini sebagai bukti bahwa produk tersebut telah teruji dan dinyatakan aman untuk dikonsumsi; 8) Kode Produksi, kode produksi adalah kode yang menyatakan tentang batch produksi dari produk pada saat pembuatan yang isinya tanggal produksi dan angka atau hurup lainnya yang mencirikan dengan jelas produk tersebut; 9) Keterangan kadaluarsa, keterangan kadaluarsa adalah keterangan yang menyatakan umur produk yang masih layak untuk dikonsumsi. Menurut Julianti dan Nurminah (2006), keterangan kadaluarsa dapat ditulis :
Ø Best before date : produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati
Ø Use by date : produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati. Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman best before / use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedang produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Namun demikian ada beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluarsa yaitu sayur dan buah segar, minuman beralkohol, cuka, gula/sukrosa dan lainnya; 

10) Logo halal untuk produk-produk yang telah mendapatkan sertifikasi ”halal” dari MUI harus mencantumkan logo halal yang standard disertai dengan nomor sertifikasinya; k) Keterangan Lainnya selain yang telah diuraikan di atas masih ada lagi keterangan-ketrangan lain yang perlu dicantumkan dalam label kemasan makanan yang bermaksud memberi petunjuk, saran, atau yang lainnya demi keamanan konsumen; d). Tulisan atau keterangan yang ada pada label harus jelas dan mudah di baca, tidak dikaburkan oleh warna latar belakang atau gambar lainnya; e). Jumlah warna yang digunakan banyaknya warna yang digunakan dalam label akan berpengaruh terhadap biaya cetak, semakin banyak banyak warna yang digunakan, tentunya akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan; f). Jenis cetakan yang dikehendaki desain yang kita buat akan dicetak pada media apa? Plastik, kertas, aluminium foil, atau lainnya. 

Berkaitan dengan label kemasan kiranya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu;

1. Label tidak boleh mudah terlepas dari kemasannya. Warna, baik berupa gambar maupun tulisan tidak boleh mudah luntur, pudar, atau lekang, baik karena pengaruh air, gosokan, maupun sinar matahari.

2. Label harus ditempatkan pada bagian yang mudah dilihat. Software computer yang bisaanya banyak digunakan untuk melakukan desain seperti Corel Draw dan Adobe Photoshop. Namun demikian masih ada software-software lainnya yang dapat digunakan tergantung pada kebisaaan atau keahlian para desainernya. Pencetakan desain label kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin cetak tradisional maupun modern. Alat cetak tradisional seperti sablon, sedangkan dengan teknologi modern bisa menggunakan printer, mesin offset atau mesin-mesin berskala besar lainnya.

2.3. Promosi Produk Akhir

       Didalam sebuah produk pasti memiliki kualitasnya masing-masing, maka dari itu setiap produk selalu dikemas secara ketat dan baik agar terhindar dari kerusakan misalnya terbentur dan hal-hal pengganggu diudara yang dapat menyebabkan produk itu rusak. Produk yang dikemas secara baik akan dipasarkan ke konsumen dengan cara mempromosikannya dengan melakukan beberapa hal yaitu pertama Perencanaan pemasaran, yaitu seluruh strategi yang mencakup produksi barang, cara penjualannya dan tempat kemasan dalam proses penjualan. Perencanaan pemasaran harus memperhitungkan hubungan antara kemasan, tema penjualan, promosi, periklanan, dan berbagai komponen pemasaran yang lainnya. Beberapa pengulas yakin bahwa pengemasan akan melebihi bentuk periklananan lainnya sebagai suatu alat pemasaran sebelum peralihan abad ini; kondisi perekonomian telah meningkatkan peran dasar pengemasan sebagai pembantu penjualan dan para pemakai kemasan makan banyak mengadakan eksperimen dengan pengemasan sebagai alat untuk menonjolkan merk mereka kepada pembeli akhir. Pentingnya pengemasan sebagai suatu alat promosi utama berarti bahwa orang pemasaran perlu mengetahui tentang lini produk sama baiknya dengan memahami mengenai pengemasan dan juga pengemasan sebagai suatu medium komunukasi. Kedua perlu kiranya menciptakan keseimbangan antara pertimbangan teknik dan fungsional dengan keinginan manajer merk mengenai pengemasan, termasuk daya tarik visual konsumen dan penanganannya. ketiga, Pihak ketiga yang terlibat dalam konsep pengemasan ialah distributor atau pengecer, dan daya tarik pada pengecer adalah bagian yang penting dari proses pemasaran. Sebelum setiap kemasan daoat menampilkan fungsi penjualannya, kemasan harus menjamin untuk mendapatkan ruang pajangannya di etalase toko atau di atas rak, ini berarti bahwa produk, dan kemasannya harus menarik pengecer dengan cara yang berbeda-beda. Pengecer harus du bujuk bahwa ruang rak yang dialokasikan untuk produk tersebut akan menhasilkan. Keempat Pemajangan, yaitu operasi yang mencakup penyampaian produk ke tempat penjualan dengan aman dan berakhir dengan penjualan tersebut. Pihak ketiga yang terlibat dalam konsep pengemasan ialah distributor atau pengecer, dan daya tarik pada pengecer adalah bagian yang penting dari proses pemasaran. Kelima sikap pelanggan, hal ini sering membawa pengaruh atas arah tindakan yang diambil. Pelanggan adalah pihak keempat yang terkait dalam konsepsi pengemasan, dan tujuan akhir dari proses pemasaran adalah menjual produk ke pelanggan. Hubungan antara pengemasan dan pemasaran dipengaruhi oleh perilaku pelanggan yang bermacam-macam, dan pada tingkat pelanggan sering terjadi sikap negatif terhadap keseluruhan ide pengemasan, perilaku ini telah menmacu  pengembangan merk sendiri, generik dan perubahan lain pada tingkat eceran. Sikap ini harus betul-betul dimengerti oleh manajemen pemasaran karena dapat mempengaruhi keseluruhan perencanaan


 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

       Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa tertampung dan terlindungi. Sedangkan kemasan produk adalah bagian pembungkus dari suatu produk yang ada di dalamnya. Pengemasan ini merupakan salah satu cara untuk mengawetkan atau memperpanjang umur dari produk-produk pangan atau makanan yang terdapat didalamnya. Teknologi Pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu dari mulai proses pengemasan yang sederhana atau tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan atau anyaman bambu sampai teknologi modern seperti saat ini. Dalam teknologi pengemasan modern misalnya jaman dulu orang membuat tempe di bungkus dengan daun pisang atau daun jati, membungkus gula aren dengan daun kelapa atau daun pisang kering. Teknologi pengemasan yang semakin maju dan modern telah hampir meniadakan penggunaan bahan pengemas tradisional. diantara contoh-contoh pengemasan modern diantaranya menggunakan bahan plastik, kaleng/logam, kertas komposit, dan lain sebagainya. Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mutlak diperlukan dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Saat ini kemasan merupakan faktor yang sangat penting karena fungsin dan kegunaanya dalam meningkatkan mutu produk dan daya jual dari produk. Kemasan produk dan labelnya selain berfungsi sebagai pengaman produk yang terdapat di dalamnya juga berfungsi sebagai media promosi dan informasi dari produk yang bersangkutan. Kemasan produk yang baik dan menarik akan memberikan nilai tersendiri sebagai daya tarik bagi konsumen.

       Namun demikian, sampai saat ini kemasan produk masih merupakan masalah bagi para pengelola usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Permasalahan tentang kemasan produk dan labelnya kadang-kadang menjadi kendala bagi perkembangan atau kemajuan suatu usaha. Banyak persoalan yang muncul ketika suatu usaha ingin memiliki suatau kemasan produk yang baik, berkualitas dan memenuhi standar nasional yang ada. Persoalan-persoalan yang sering dihadapi seperti bahan pengemas, desain bentuk kemasan, desain label, sampai pada persoalan yang paling utama yaitu biaya pembuatan kemasan itu sendiri. Bagi para pengelola UMKM dengan segala keterbatasan modal usaha sebaiknya permasalahan tentang kemasan bisa ditangani dengan kreativitasnya. Kemasan yang baik dan menarik tidak selalu identik dengan harga kemasan yang mahal. Dengan bahan pengemas yang biasa-biasa saja, asalkan dirancang sedemikian rupa baik bentuk maupun desain labelnya pastilah akan tercipta sebuah kemasan yang tidak kalah bersaing dengan kemasan-kemasan modern.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pengemasan dan Manfaatnya dalam sebuah produk?

2. Bagaimana Fungsi dari desain Kemasan dan Lebeling?

3. Bagaimana cara Promosi hasil akhir setelah selesai dilakukan Pengemasan?

1.3. Tujuan Penulisan

       Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui cara melakukan pengemasan, desain pengemasan, labeling dan promosi hasil akhir pada suatu produk.


Cari Blog Ini

Terbaru

SYARAT TUMBUH KELAPA SAWIT

Popular Posts