1.    Defenisi Limbah B3 dan Limbah Pabrik Tekstil
Limbah B3 dapat diartikan sebagai suatu buangan atau limbah yang sifat dan konsentrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan mengancam kelangsungan hidup manusia serta organisme lainya. Limbah B3 bukan hanya dapat dihasilkan dari kegiatan industri. Kegiatan rumah tangga juga menghasilkan beberapa limbah jenis ini. Beberapa contoh limbah B3 yang dihasilkan rumah tangga domestik) di antaranya bekas pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih lantai, pengkilat kayu, pembersih oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu baterai.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Limbah ini tidak berasal dari proses utama, melainkan dari kegiatan pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pencucian, pengemasan dan lain-lain. Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah ini berasal dari proses suatu industri (kegiatan utama). Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang tidak diduga, misalnya prodak kedaluwarsa, sisa kemasan, tumpahan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Sifat dan Klasifikasi Limbah B3. Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun jika ia memiliki sifat-sifat tertentu, di antaranya mudah meledak, mudah teroksidasi, mudah menyala, mengandung racun, bersifat korosifmenyebabkan iritasi, atau menimbulkan gejala-gejala kesehatan seperti karsinogenik, mutagenik, dan lain sebagainya.
Limbah Industri Tekstil merupakan buangan sisa dari hasil produksi suatu industri tekstil. Limbah tekstil mengandung bahan-bahan yang berbahaya bila dibuang ke lingkungan, terutama daerah perairan. Sebagian besar bahan yang terdapat dalam limbah tekstil adalah zat warna, terutama zat warna sintetik. Zat warna sintetik merupakan molekul dengan sistem elektron terdelokalisasi dan mengandung dua gugus yaitu kromofor dan auksokrom.
Kromofor berfungsi sebagai penerima elektron, sedangkan auksokrom sebagai pemberi elektron yang mengatur kelarutan dan warna. Saat ini, terdapat bermacam-macam jenis zat warna sintetik yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis serat yang akan dicelup, ketahanan warna yang dikehendaki, faktor-faktor teknis dan ekonomis lainnya. Pada proses pewarnaan, zat warna yang biasa digunakan pada umumnya tidak akan masuk seluruhnya kedalam bahan tekstil, sehingga efluen yang dihasilkan masih mengandung residu zat warna. Hal inilah yang menyebabkan efluen tekstil menjadi berwarna-warni dan mudah dikenali pencemarannya apabila dibuang langsung keperairan umum. Masalah lingkungan yang utama dalam industri tekstil adalah limbah dari proses pencelupan. Zat warna, logam berat dan konsentrasi garam yang tinggi merupakan polutan air (Dewi, 2009).
2. JENIS LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL
Jenis limbah industri tekstil merupakan limbah cair, limbah cair adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas domestic yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan buangan lainnya tercampur dan terlarut dalam air. Pengolahan limbah cair ini cukup rumit karena banyaknya zat warna dan zat-zat warna pembantu pencelupan yang digunakan, sehingga agar tidak mencemari air lingkungan, pengolahannya pun harus sesuai dengan karakteristik dari air limbah itu sendiri.
3. SIFAT DAN KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan industri tekstil sangat erat hubungannya dengan bahan-bahan yang digunakan dalam tahapan proses 6 pembuatan tekstil.
1. Sifat kationik
a. Jumlah muatan positif tinggi: satu muatan per unit gugus glukosamin, jika banyak material muatan negatif (seperti protein) maka muaan positif kitosan berinteraksi kuat dengan permukaan negatif
b. Flokulan yang baik: gugus NH3 berinteraksi dengan muatan negatif dari koloid. c. Mengikat ion-ion logam (Fe, Cu, Cd, Hg, Cr, Ni, Pu, dan U)
2. Sifat biologi
a. Dapat terdegradasi secara alami
b. Polimer alami
c. Nontoksik 10
3. Sifat kimia
a. Linier poliamin (poli D-glukosamin) yang memiliki gugs amino yang baik untuk reaksi kimia dan pembentukan garam dengan asam
b. Gugus amino yang reaktif
c. Gugus hidroksil yang reaktif (C3-OH, C6-OH) yang dapat membentuk senyawa turunannya. Beberapa turunan kitosan yaitu n-karboksialkil kitosan, asetil kitosan dan kitosan glukan.
4. Sifat larutan kitosan (kationik amin, NH3)
a. Larut dalam larutan asam
b. Berbentuk larutan kental
c. Berbentuk gel
d. Larutan dalam campuran alkohol-air

4.   DAMPAK LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL
Banyak sedikitnya (volume), kandungan zat yang ada dalam limbah, dan secara frekuensi pembuangan limbah sangat mempengaruhi kualitas limbah. Semakin banyak limbah maka dampaknya akan semakin berbahaya, tetapi jika pembuangan limbah semakin sedikit atau berkurang maka limbah tersebut tidak membahayakan. Beberapa dampak negatif yang dihasilkan dari pembuangan limbah yang tidak menjalani pengolahan dengan benar terutama limbah bersifat cair, antara lain :
1. Menyebabkan pencemaran dan kontaminasi pada air permukaan dan setiap tetes air yang digunakan oleh manusia.
2. Mengganggu bahkan dapat mematikan kehidupan dan ekosistem perairan.
3. Menimbulkan bau (hasil dari dekomposisi zat anaerobik dan anorganik)
4. Menghasilkan lumpur yang berdampak penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir (Chandra, 2006).

Nama      : Tonni Situmorang
Nim         : CGA 118 039



0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Terbaru

SYARAT TUMBUH KELAPA SAWIT

Popular Posts