A      Latar Belakang

Minyak kelapa sawit pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu stearin (fraksi padatan) dan olein (fraksi cairan). Pemisahan kedua fraksi tersebut dilakukan melalui proses fraksinasi Pada proses fraksinasi akan didapatkan fraksi stearin sebanyak 25 persen dan fraksi olein (minyak makan) sebanyak 75 persen. Stearin memiliki slip melting point sekitar 44.5-56.2oC sedangkan olein pada kisaran 13-23oC. Hal ini menunjukkan bahwa stearin yang memiliki slip melting pont lebih tinggi akan berada dalam bentuk padat pada suhu kamar (Pantzaris, 1994). Fraksi stearin merupakan produk sampingan yang diperoleh dari minyak sawit bersama-sama dengan fraksi olein Teknologi pengolahan margarin dari fraksi sterain CPO bermacam-macam. berbagai teknologi pengolahan tersebut berpengaruh terhadap margarin yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai teknologi pengolahan margarin dari fraksi stearin CPO perlu diketahui sehingga diperoleh hasil margarin yang bermutu tinggi. Margarin merupakan suatu produk berbentuk emulsi baik padat maupun cair yang mengandung minyak tidak kurang dari 80% dan 15000 IU vitamin A per ponnya (FDA dalam Hasenhuett dan Hartel, 1997). Margarin dapat juga diartikan sebagai emulsi yang terdiri dari fase internal berupa cairan yang diselubungi oleh fase eksternal berupa lemak yang bersifat plastis. Komponen yang terkandung dalam margarin adalah lemak, garam, vitamin A, pengawet, pewarna dan emulsifier untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk (Hasenhuettl & Hartel, 1997).

 

1.2     Rumusan masalah

1.      Bagaimana teknologi pengolahan margarin dari fraksi stearin CPO baik secara dehidrogenasi maupun interesterifikasi?

2.      Bagaimana karakteristik margarin yang dihasilkan dari proses pengolahan margarin dengan bahan baku fraksi stearin CPO baik secara dehidrogenasi maupun interesterifikasi?

3.      Apa saja pemanfaatan margarin dalam kehidupan sehari-hari?


BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Desain Pengemasan

       Kemasan agar menarik harus dirancang dan dibuat sebaik mungkin, dalam merancang atau merencanakan pembuatan suatu kemasan sebaiknya kita memperhatikan hal-hal seperti berikut ini :1. Kesesuaian antara produk dengan bahan pengemasnya. Maksudnya adalah dalam menentukan bahan pengemas kita harus mempertimbangkan produk yang kita miliki. Jika produk kita berbentuk cairan seperti jus atau sirup, kita bisa memilih bahan pengemas seperti botol atau gelas plastik. Jika produk kita berupa makanan kering seperti keripik, kerupuk, atau yang lainnya kita bisa menggunakan plastik transparan dan lain sebagainya. Plastik dapat digunakan sebagai kemasan primer sekaligus dengan labelnya, juga bisa dimasukkan kedalam kemasan lain seperti dus kertas sebagai kemasan sekunder. 2. Ukuran kemasan dan ketebalan bahan kemasan ukuran kemasan berkaitan dengan banyak sedikitnya isi yang diinginkan, Sedangkan ketebalan berkaitan dengan keawetan dari produk yang ada didalamnya. Jika produknya sangat ringan seperti kerupuk sebaiknya kemasan di buat dalam ukuran relatif besar. 3. Bentuk kemasan agar kemasan menarik bentuk pengemas bisa dirancang dalam bentuk yang unik tergantung dari kreativitas perancangnya. Misalnya kemasan dus kertas bisa di buat seperti tabung, kubus, balok, trapesium atau bentuk-bentuk lainnya.

2.2. Labeling

       Label adalah suatu tanda baik berupa tulisan, gambar atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus sebagai yang memuat informasi tentang produk yang ada di dalamnya sebagai keterangan/ penjelasan dari produk yang dikemas. Label kemasan bisa dirancang atau didesain baik secara manual menggunakan alat lukis atau yang lainnya maupun menggunakan software komputer. Desain yang dibuat secara manual mungkin akan mengalami sedikit kesulitan ketika mau digunakan atau diaplikasikan sedangkan dengan menggunakan komputer tentunya akan lebih mudah. Dewasa ini keberadaan software – software komputer sangat membantu para desainer untuk merancang desain label yang baik, menarik, dan artistik sehingga dapat meningkatkan daya tarik produk terhadap konsumen. Suatu produk yang sama jika dikemas dalam kemasan dengan desain label berbeda sangat dimungkinkan daya jualnya juga berbeda. Merancang atau mendesain label kemasan sangatlah tergantung pada kreativitas para desainernya, baik ukuran, bentuk, maupun corak warnanya. Namun demikian ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat label kemasan yaitu, a). Label tidak boleh menyesatkan apa saja yang tercantum dalam sebuah label baik berupa kata-kata, kalimat, nama, lambang, logo, gambar dan lain sebagainya harus sesuai dengan produk yang ada di dalamnya; b). Memuat informasi yang diperlukan label sebaiknya cukup besar (relatif terhadap kemasannya), sehingga dapat memuat informasi atau keterangan tentang produknya; c). Hal-hal yang seharusnya ada atau tercantum dalam label produk makanan adalah sebagai berikut; 1) Nama produk Nama Produk adalah nama dari makanan atau produk pangan yang terdapat di dalam kemasan misalnya dodol nanas, keripik pisang, keripik singkong dan lain sebagainya; 2) Cap / Trade mark bila ada suatu usaha sebaiknya memiliki cap atau trade mark atau merek dagang. Cap berbeda dengan nama produk dan bisa tidak berhubungan dengan produk yang ada di dalamnya misalnya dodol nanas cap “Panda”, Kecap Ikan cap “Wallet”, dsb; 3) Komposisi / daftar bahan yang digunakan, komposisi atau daftar bahan merupakan keterangan yang menggambarkan tentang semua bahan yang digunakan dalam pembuatan produk makanan tersebut. Cara penulisan komposisi bahan penyusun dimulai dari bahan mayor atau bahan utama atau bahan yang paling banyak digunakan sampai yang terkecil; 4) Netto atau volume bersih netto atau berat bersih dan volume bersih menggambarkan bobot atau volume produk yang sesungguhnya. Apabila bobot produk berarti bobot produk yang sesungguhnya tanpa bobot bahan pengemas; 5)   Nama pihak produksi, nama pihak produksi adalah nama perusahaan yang membuat atau mengolah produk makanan tersebut; 6) Distributor atau pihak yang mengedarkan bila ada. Dalam kemasan juga harus mencantumkan pihak-pihak tertentu seperti pengepak atau importir bila ada; 7) No Registrasi Dinas Kesehatan. Nomor registrasi ini sebagai bukti bahwa produk tersebut telah teruji dan dinyatakan aman untuk dikonsumsi; 8) Kode Produksi, kode produksi adalah kode yang menyatakan tentang batch produksi dari produk pada saat pembuatan yang isinya tanggal produksi dan angka atau hurup lainnya yang mencirikan dengan jelas produk tersebut; 9) Keterangan kadaluarsa, keterangan kadaluarsa adalah keterangan yang menyatakan umur produk yang masih layak untuk dikonsumsi. Menurut Julianti dan Nurminah (2006), keterangan kadaluarsa dapat ditulis :
Ø Best before date : produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati
Ø Use by date : produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati. Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman best before / use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedang produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun. Namun demikian ada beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal kadaluarsa yaitu sayur dan buah segar, minuman beralkohol, cuka, gula/sukrosa dan lainnya; 

10) Logo halal untuk produk-produk yang telah mendapatkan sertifikasi ”halal” dari MUI harus mencantumkan logo halal yang standard disertai dengan nomor sertifikasinya; k) Keterangan Lainnya selain yang telah diuraikan di atas masih ada lagi keterangan-ketrangan lain yang perlu dicantumkan dalam label kemasan makanan yang bermaksud memberi petunjuk, saran, atau yang lainnya demi keamanan konsumen; d). Tulisan atau keterangan yang ada pada label harus jelas dan mudah di baca, tidak dikaburkan oleh warna latar belakang atau gambar lainnya; e). Jumlah warna yang digunakan banyaknya warna yang digunakan dalam label akan berpengaruh terhadap biaya cetak, semakin banyak banyak warna yang digunakan, tentunya akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan; f). Jenis cetakan yang dikehendaki desain yang kita buat akan dicetak pada media apa? Plastik, kertas, aluminium foil, atau lainnya. 

Berkaitan dengan label kemasan kiranya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu;

1. Label tidak boleh mudah terlepas dari kemasannya. Warna, baik berupa gambar maupun tulisan tidak boleh mudah luntur, pudar, atau lekang, baik karena pengaruh air, gosokan, maupun sinar matahari.

2. Label harus ditempatkan pada bagian yang mudah dilihat. Software computer yang bisaanya banyak digunakan untuk melakukan desain seperti Corel Draw dan Adobe Photoshop. Namun demikian masih ada software-software lainnya yang dapat digunakan tergantung pada kebisaaan atau keahlian para desainernya. Pencetakan desain label kemasan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin cetak tradisional maupun modern. Alat cetak tradisional seperti sablon, sedangkan dengan teknologi modern bisa menggunakan printer, mesin offset atau mesin-mesin berskala besar lainnya.

2.3. Promosi Produk Akhir

       Didalam sebuah produk pasti memiliki kualitasnya masing-masing, maka dari itu setiap produk selalu dikemas secara ketat dan baik agar terhindar dari kerusakan misalnya terbentur dan hal-hal pengganggu diudara yang dapat menyebabkan produk itu rusak. Produk yang dikemas secara baik akan dipasarkan ke konsumen dengan cara mempromosikannya dengan melakukan beberapa hal yaitu pertama Perencanaan pemasaran, yaitu seluruh strategi yang mencakup produksi barang, cara penjualannya dan tempat kemasan dalam proses penjualan. Perencanaan pemasaran harus memperhitungkan hubungan antara kemasan, tema penjualan, promosi, periklanan, dan berbagai komponen pemasaran yang lainnya. Beberapa pengulas yakin bahwa pengemasan akan melebihi bentuk periklananan lainnya sebagai suatu alat pemasaran sebelum peralihan abad ini; kondisi perekonomian telah meningkatkan peran dasar pengemasan sebagai pembantu penjualan dan para pemakai kemasan makan banyak mengadakan eksperimen dengan pengemasan sebagai alat untuk menonjolkan merk mereka kepada pembeli akhir. Pentingnya pengemasan sebagai suatu alat promosi utama berarti bahwa orang pemasaran perlu mengetahui tentang lini produk sama baiknya dengan memahami mengenai pengemasan dan juga pengemasan sebagai suatu medium komunukasi. Kedua perlu kiranya menciptakan keseimbangan antara pertimbangan teknik dan fungsional dengan keinginan manajer merk mengenai pengemasan, termasuk daya tarik visual konsumen dan penanganannya. ketiga, Pihak ketiga yang terlibat dalam konsep pengemasan ialah distributor atau pengecer, dan daya tarik pada pengecer adalah bagian yang penting dari proses pemasaran. Sebelum setiap kemasan daoat menampilkan fungsi penjualannya, kemasan harus menjamin untuk mendapatkan ruang pajangannya di etalase toko atau di atas rak, ini berarti bahwa produk, dan kemasannya harus menarik pengecer dengan cara yang berbeda-beda. Pengecer harus du bujuk bahwa ruang rak yang dialokasikan untuk produk tersebut akan menhasilkan. Keempat Pemajangan, yaitu operasi yang mencakup penyampaian produk ke tempat penjualan dengan aman dan berakhir dengan penjualan tersebut. Pihak ketiga yang terlibat dalam konsep pengemasan ialah distributor atau pengecer, dan daya tarik pada pengecer adalah bagian yang penting dari proses pemasaran. Kelima sikap pelanggan, hal ini sering membawa pengaruh atas arah tindakan yang diambil. Pelanggan adalah pihak keempat yang terkait dalam konsepsi pengemasan, dan tujuan akhir dari proses pemasaran adalah menjual produk ke pelanggan. Hubungan antara pengemasan dan pemasaran dipengaruhi oleh perilaku pelanggan yang bermacam-macam, dan pada tingkat pelanggan sering terjadi sikap negatif terhadap keseluruhan ide pengemasan, perilaku ini telah menmacu  pengembangan merk sendiri, generik dan perubahan lain pada tingkat eceran. Sikap ini harus betul-betul dimengerti oleh manajemen pemasaran karena dapat mempengaruhi keseluruhan perencanaan


 

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

       Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa tertampung dan terlindungi. Sedangkan kemasan produk adalah bagian pembungkus dari suatu produk yang ada di dalamnya. Pengemasan ini merupakan salah satu cara untuk mengawetkan atau memperpanjang umur dari produk-produk pangan atau makanan yang terdapat didalamnya. Teknologi Pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu dari mulai proses pengemasan yang sederhana atau tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan atau anyaman bambu sampai teknologi modern seperti saat ini. Dalam teknologi pengemasan modern misalnya jaman dulu orang membuat tempe di bungkus dengan daun pisang atau daun jati, membungkus gula aren dengan daun kelapa atau daun pisang kering. Teknologi pengemasan yang semakin maju dan modern telah hampir meniadakan penggunaan bahan pengemas tradisional. diantara contoh-contoh pengemasan modern diantaranya menggunakan bahan plastik, kaleng/logam, kertas komposit, dan lain sebagainya. Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mutlak diperlukan dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Saat ini kemasan merupakan faktor yang sangat penting karena fungsin dan kegunaanya dalam meningkatkan mutu produk dan daya jual dari produk. Kemasan produk dan labelnya selain berfungsi sebagai pengaman produk yang terdapat di dalamnya juga berfungsi sebagai media promosi dan informasi dari produk yang bersangkutan. Kemasan produk yang baik dan menarik akan memberikan nilai tersendiri sebagai daya tarik bagi konsumen.

       Namun demikian, sampai saat ini kemasan produk masih merupakan masalah bagi para pengelola usaha, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Permasalahan tentang kemasan produk dan labelnya kadang-kadang menjadi kendala bagi perkembangan atau kemajuan suatu usaha. Banyak persoalan yang muncul ketika suatu usaha ingin memiliki suatau kemasan produk yang baik, berkualitas dan memenuhi standar nasional yang ada. Persoalan-persoalan yang sering dihadapi seperti bahan pengemas, desain bentuk kemasan, desain label, sampai pada persoalan yang paling utama yaitu biaya pembuatan kemasan itu sendiri. Bagi para pengelola UMKM dengan segala keterbatasan modal usaha sebaiknya permasalahan tentang kemasan bisa ditangani dengan kreativitasnya. Kemasan yang baik dan menarik tidak selalu identik dengan harga kemasan yang mahal. Dengan bahan pengemas yang biasa-biasa saja, asalkan dirancang sedemikian rupa baik bentuk maupun desain labelnya pastilah akan tercipta sebuah kemasan yang tidak kalah bersaing dengan kemasan-kemasan modern.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pengemasan dan Manfaatnya dalam sebuah produk?

2. Bagaimana Fungsi dari desain Kemasan dan Lebeling?

3. Bagaimana cara Promosi hasil akhir setelah selesai dilakukan Pengemasan?

1.3. Tujuan Penulisan

       Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui cara melakukan pengemasan, desain pengemasan, labeling dan promosi hasil akhir pada suatu produk.


 BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengolahan Kelapa Sawit

       Kualitas hasil minyak CPO (Rendemen) yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisisi buah (TBS) yang diterima dan diproses oleh pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi meminimalkan kehilangan (loses) dalam proses pengolahannya. Berikut pengolahan kelapa sawit menjadi CPO

2.1.1 Tandan Buah Segar Sawit

         Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen dari kebun diangkut ke lokasi Pabrik pengolahan Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigde) untuk mengetahui jumlah Tonase dari TBS yang diterima oleh Pabrik.

2.1.2 Jembatan Timbang

         Pabrik Kelapa Sawit sekarang ini pada umumnya sudah menggunakan jembatan timbang yang terintegrasi langsung dengan sistem komputer. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik. TBS yang telah ditimbang kemudian diterima oleh bagian Loading ramp, untuk dilakukan penyortiran. Hal ini dilakukan untuk memisahkan antara TBS yang layak diolah atau tidak.

2.1.3 Penyortiran

        Kualitas buah / TBS yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangan nya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah pada stasiun penerimaan TBS (Loading Ramp / penampungan TBS). Kematangan TBS mempengaruhi terhadap rendemen minyak dan ALB (Asam Lemak Bebas / FFA = Free Fatty Acid) yang dapat dilihat di bawah ini kematangan buah, Rendamen minyak (%), Kadar ALB (%) :

a.       TBS Mentah, Rendemen berkisar antara 11% – 14%,  Kadar ALB = 1,3% – 2,0%

b.      TBS Setengah matang / Mengkal, Rendemen 14% – 18%. ALB = 1,7% – 2,4%

c.       TBS Matang, Rendemen 18% – 23%.  ALB = 2,2% – 3%

d.      TBS lewat matang 23% – 26%.  ALB = 3,0% – 3,6% 

2.1.4 Perebusan

Setelah disortir, TBS yang layak olah lalu dimasukkan ke dalam lori rebusan yang terbuat dari plat besi / baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam Sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.6 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kualitas minyak CPO. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah sawit mudah lepas dari tandannya (berondolan) dan memudahkan pemisahan daging buah sawit dari cangkang dan inti. Tujuan perebusan TBS yang dilakukan yaitu :
a) Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.

b) Mempermudah proses pembrodolan pada threser.

c) Menurunkan kadar air.

d) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.

      Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m (hal ini tergantung dari design yang dipakai oleh pabrik). Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan uap / steam yang berasal dari Boiler. Dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang. Proses perebusan ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Proses ini dapat menghasilkan condensat (cairan) yang mengandung sekitar 0.5% minyak. Condensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit, nanti nya dapat digunakan dalam membantu proses Pressan daging sawit. Tandan buah yang sudah selesai direbus dimasukan ke dalam Threser, yang berfungsi untuk memisahkan antara berondolan sawit dengan janjangan / tandan nya, dengan menggunakan Hoisting Crane atau Fruit Elevator (hal ini tergantung pada design yang digunakan oleh Pabrik).

2.1.5 Perontokan Buah dari Tandan / Threser

         Pada tahapan mesin Threser, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan, sehingga buah tersebut terlepas (kemudian ditampung dan dibawa oleh Fruit Conveyor ke Digester). Tujuan mesin Threser adalah untuk memisahkan brondolan dari tangkai tandan. Alat yang digunakan pada mesin ini adalah drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping (perontokan) tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sistem 'Double Thresing' bekerja dengan cara janjang kosong / EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua, supaya sisa berondolan yang masih tertinggal dari proses thresing pertama dapat terambil. Selanjutnya Empty Fruit Bunch dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan dapat dimanfaatkan sebagai produk sampingan, sebagai pupuk misalnya.

2.1.6 Pengolahan Minyak dari Daging Buah

a. Digester

    Buah yang sudah terlepas (berondolan) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan kedalam Digester atau peralatan pengaduk. Tujuan dari penggunaan Digester adalah untuk memisahkan daging buah sawit terlepas dari biji (nut) nya. Dalam proses pengadukan Digester ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° – 90°C. Fungsi Digester yaitu :

1. Melumatkan daging buah.

2. Memisahkan daging buah dengan biji.

3. Mempersiapkan Feeding Press.

4. Mempermudah proses di Press.

5. Membantu menaikkan Temperatur pada Screw Press.

Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press.
Daging buah dari Digester yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa (twin screw press) kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Screw Press) untuk memisahkan minyak keluar dari biji dan Serat (fibre).

b. Screw Press

     Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar.  Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel. Untuk memudahkan proses pengepresan ini perlu tambahan air panas (+ air Condensat dari hasil perebusan) sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas / serat fiber serta biji. Minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, untuk dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan menggunakan Vibrating Screen. Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam mesin Decanter guna memisahkan Solid (kotoran padat) dan Effluent (kotoran cair). Pada Effluent masih terkandung unsur minyak, air dan masa jenis ringan lain nya, kemudian ditampung pada Continious Settling Tank. Minyak dialirkan ke Oil Tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan yang terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan (mengutip) minyak yang masih terkandung didalam nya. Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifier untuk memisahkan kotoran / solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).

2.1.7 Proses Pemurnian Minyak Kelapa Sawit

Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun Clarifikasi. Proses pengolahan nya adalah sebagai berikut :

a.       Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)

      Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada sand trap mencapai 95 derajat Celcius.

b. Vibro Seperator / Vibrating Screen

       Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut dan atau kotoran lain nya yang dapat mengganggu proses pemisahan / pemurnian minyak. Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran berkelanjutan pada Vibro kontrol melalui penyetelan pada bantalan yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang stabil dapat mengakibatkan pemisahan tidak efektif.

c. Vertical Clarifier Tank

        Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran (NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih ringan dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (sekitar 90 - 95 derajat Celcius) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.

d. Oil Tank

      Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat penampungan sementara Crude Oil sebelum diolah oleh Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95 derajat Celcius. Kapasitas yang dapat diolah Oil Tank sekitar 10 Ton / Jam.

e. Oil Purifier

       Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95 derajat Celcius.

f. Vacuum Dryer

      Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana. Vacuum dryer lalu melakukan proses sedemikian rupa sehinggan kadar air yang masih terkandung didalam minyak dapat diserap dan dibuang melalui pipa pembuangan.

g. Sludge Tank

      Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari minyak kasar yang terdiri dari kotoran padatan dan zat cair yang masih mengandung minyak) sebelum diolah oleh sludge seperator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yaitu 90 - 95 derajat Celcius.

h. Sand Cyclone / Pre- cleaner

        Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

i. Brush Strainer ( Saringan Berputar )

      Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang berputar.

j. Sludge Seperator

      Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.

2.1.8 Storage Tank

      Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim atau dijual. Didalam Storage tank terdapat pipa-pipa yang dialiri oleh uap steam, untuk menjaga supaya suhu minyak CPO dalam tanki penyimpanan tetap terjaga stabil antara 45-50 derajat Celcius. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi pipa Steam harus dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa uap Steam dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.

2.2 Proses Pengolahan Biji Sawit dan Fiber

      Telah dijelaskan sebelumnya bahwa setelah proses pengepresan akan menghasilkan Crude Oil, biji sawit / nut dan Fiber. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat proses pengolahan biji sawit dan fiber / Serabut sawit.

2.2.1 Cake Breaker Conveyor (CBC)

Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan membantu memisahkan gumpalan yang terdiri dari biji sawit / nut dan Fiber (serabut) yang berasal dari stasiun Press ke depericarper.

2.2.2 Depericarper

         Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh fan tan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing Drum.

Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :
1. Membersihkan biji dari serabut – serabut yang masih melekat.
2. Membawa nut dari Depericarper ke Nut transport.
3. Memisahkan nut dari sampah.
4. Memisahkan gradasi nut.

2.2.3 Nut Silo

         Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).

2.2.4 Riplle Mill

         Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill terdapat rotor bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut.

2.2.5 Claybath

            Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama dengan menggunakan cairan Calsium Carbonat. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berar jenisnya lebih besar.

2.2.6 Hydro Cyclone
Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :
1. Mengutip kembali inti sawit yang ikut terbawa ke cangkang.
2. Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran.

2.2.7 Kernel Dryer

Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan menyebabkan tumbuh / muncul nya jamur pada inti dan juga dapat mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu : Atas 70 derajat celcius, Tengah 60 derajat, Bawah 50 derajat celcius. Pada sebagian PKS ada yang menggunakan sebaliknya yaitu atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat celcius.

2.2.8 Kernel Storage

         Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur.


BAB I. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

       Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Kelapa sawit ini memiliki peranan yang penting dalam industri minyak yaitu dapat menggantikan kelapa sebagai sumber bahan bakunya. Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Terdapat beberapa spesies kelapa sawit yaitu E. guineensis Jacq., E. oleifera, dan E. odora. Varietas atau tipe kelapa sawit digolongkan berdasarkan dua karakteristik yaitu ketebalan endokarp dan warna buah. Berdsarkn ketebalan endokarpnya, kelapa sawit digolongkan menjadi tiga varietas yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera, sedangkan menurut warna buahnya, kelapa sawit digolongkan menjadi tiga varietas yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Secara umum, kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah. Bagian dari kelapa sawit yang dilolah menjadi minyak adalah buah. Buahnya berwarna kemerahan, seukuran plum besar, dan tumbuh dalam tandan besar. Setiap buah terdiri dari lapisan luar yang mengandung minyak (perikarp), dengan biji tunggal (inti sawit), juga kaya akan minyak. 

    Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. 

1.2. Rumusan Masalah

       Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit pada sebebuah industri ?

1.3. Tujuan Penulisan

       Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui proses pengolahan kelapa sawit yang baik dan benar.



Cari Blog Ini

Terbaru

SYARAT TUMBUH KELAPA SAWIT

Popular Posts