1.1. Tujuan dan Konsep Pengawetan
Pengawetan Pangan ditujukan
untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada
produk pangan, yaitu menurunnya nilai gizi dan mutu sensori bahan pangan,
dengan cara mengontrol pertumbuhan mikroorganisme, mengurangi terjadinya
perubahan-perubahan kimia, fisik dan fisiologis alami yang tidak diinginkan,
serta mencegah terjadinya kontaminasi. Ada tiga konsep metoda pengawetan yang
umum dijalankan yaitu Pengawetan secara kimiawi, Pengawetan secara biologis
dan Pengawetan secara fisik.
1.2. Berbagai Jenis Pengawetan
a, Pengawetan Secara Kimiawi
Pengawetan secara kimiawi
dilaksanakan dengan pena m bahan bahan kimia seperti gula, asam, dan garam
pada b a han yang diawetkan, ataupun dengan mengekpose produk yang akan
diawetkan pada bahan kimia seperti halnya pada proses pengasapan.
b, Pengawetan Secara Biologis
Pengawetan secara biologis melibatkan proses fermentasi, baik fermentasi
asam atau fermentasi alkohol.
c, Pengawetan Secara Fisik
Merupakan metoda pengawetan
yang melibatkan pendek a tan fisik, antara lain dengan penambahan sejumlah
energi seperti pada proses pemanasan dan radiasi; dengan pen u runan suhu
terkendali seperti pada proses pendinginan dan pembekuan; dengan mengatur kandungan
air bahan yang akan diawetkan seperti pada proses pemekatan, pengeringan,
atau pengeringan beku dan dengan penggunaan kem a san pelindung . Pengawetan
secara fisik mematikan mikroorganisme yang ada pada bahan pangan dengan cara
pemanasan disertai dengan pengemasan yang mencegah terjadinya re-kontaminasi,
atau dengan cara pengeringan yaitu pengurangan kadar air produk pangan yang
diikuti dengan pengemasan yang mencegah terjadinya re-adsorpsi air. Perlu
dicatat bahwa metoda-metoda pengawetan yang dapat berhasil menghentikan
pertumbuhan mikroorganisme ini umumnya memberikan konsekuensi yang merugikan
mutu sensori dan nilai gizi produk pangan. Sebagai contoh, panas yang
digunakan pada proses sterilisasi pada pengalengan akan sangat melunakkan
jaringan sel bahan, mengurai chlorophil dan zat-zat antocyanin, menghilangkan
flavor dan merusak beberapa vitamin yang terkandung. Sehingga didalam memilih
metoda pengawetan yang akan diterapkan selalu berusaha meminimalkan kerugian
yang akan didapat dan memaksimumkan kualitas produk yang bisa diraih
1.3. Cara Pengawetan Secara Fisik dan Contoh Produk
Contoh produk yang disajikan disini adalah produk-produk pangan
yang ada dipasaran, foto diambil secara random di pasar tradisional dan pasar
swalayan.
1.3.1. Penambahan
Sejumlah Energi
PASTEURISASI
Pasteurisasi adalah perlakuan panas guna membunuh seb a gian dari
mikroorganisme patogen yang ada dalam suatu b a han pangan. Pasteurisasi
biasanya diikuti dengan metode pengawetan lain seperti pendinginan , atau
dengan penamb a han bahan kimia agar tercipta lingkungan yang tidak nyaman
bagi pertumbuhan m i kroorganisme, misalnya penambahan gula pada produk susu
kental manis, penambahan asam pada acar dan jus buah-buahan, pengemasan ,
seperti pada produk minuman bir kemasan botol untuk menjaga kondisi ana e rob
didalam botol dan fermentasi menggunakan mikroba tertentu. Kombinasi suhu dan
waktu yang dipakai pada proses paste u risasi bergantung pada a) ketahanan
terhadap panas mikroba yang diincar untuk dimusnahkan dan b) kepekaan atribut
mutu produk pangan terhadap p a nas. Metoda High-Temperature and
Short-Time (HTST) menggunakan suhu tinggi dalam waktu yang sin g
kat. Contohnya pada pasteurisasi HTST susu menggunakan suhu 70 ? selama 15
detik. Sebaliknya Low-Temperature Long-Time menggunakan suhu rendah dengan
waktu yang lebih lama, untuk susu pada 65 ? dibutuhkan 30 menit. Umumnya HTST
menghasilkan kualitas produk yag maksimum.
STERILISASI
Proses sterilisasi didalam pengawetan
produk pangan adalah perlakuan panas yang menyebabkan mikroo r ganisme dan
sporanya tidak mampu tumbuh pada kondisi penyimpanan normal. Artinya, hanya
menghasi l kan produk yang steril komersil, tidak seratus persen steril,
kemungkinan masih ada spora mikroba dorman berada didalam produk, dan akan
segera tumbuh bila berada pada lingkungan yang cocok untuk pertumb u hannya. Perlakuan
panas yang bisa mewujudkan tujuan tersebut bergantung pada beberapa hal: 1)
Sifat bahan pangan yang diperlakukan, misalnya tingkat keasamannya (pH). 2)
Kondisi penyimpanan pasca proses. 3) Ketah a nan mikroorganisme dan sporanya
terhadap panas. 4) Karakteristik pindah panas yang terjadi, hal ini dipe n
garuhi oleh jenis kemasan dan media pemanasan. 5) Beban jumlah mikroorganisme
awal yang ada pada pr o duk yang akan disterilkan. Sehingga desain proses
pemanasan bahan pangan dibagi menjadi:
1. Produk pangan dengan kandungan asam tinggi, pH ? 3,7 : bakteri
pembentuk spora tidak tumbuh pada range pH ini. Kriteria proses pemanasan
ditujukan untuk inaktifasi Yeast dan Jamur ( mold ),
dengan suhu proses pemanasan 100 ?
2. Produk pangan dengan kandungan asam sedang, 3,7 ? pH ? 4,5 :
3. Produk pangan dengan kandungan asam rendah, pH ? 4,5 : kriteria proses
pemanasan didesain untuk membunuh mikroorganisme patogen anaerob pembentuk
spora paling tahan terhadap panas dan mengelu a rkan toksin yaitu Clostridium
botulinum. Toksin ini sangat berbahaya, hanya dalam jumlah berat
seperjuta miligram sudah mematikan memanusia. Tapi toksin ini rusak dengan
pemanasan kondisi basah selama 10 menit suhu 100 ? . Produk pangan dengan
keasaman rendah memerlukan proses pemanasan dengan suhu 121,1 ? dalam waktu
sesuai dengan F 0 bahan tersebut. F 0 adalah waktu yang diperlukan untuk
proses steril i sasi pada 121,1 ? . Nilai F 0 tergantung kepada tipe dan
ukuran produk pangan yang disterilkan.
2. Penurunan Suhu Terkendali
Penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisme dan aktifitas
sistem ensim dalam bahan. Ini berarti mencegah membusuknya produk pangan,
dengan kata lain usaha mengawetkan produk pangan bisa dilakukan dengan
menerapkan penurunan suhu terkendali.
PENDINGINAN
Penyimpanan dingin suatu produk pangan dilakukan pada kisaran suhu diatas
titik beku dan dibawah 15 ? . Pengawetan dengan sistem pendinginan banyak
diterapkan untuk penyimpanan jangka pendek karena kara k terist ik keunggulan
berikut:
1. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
2. Menghambat metabolisme pascapanen, reaksi kimia peruraian seperti
reaksi pencoklatan, oksidasi lemak, perubahan warna, autolisa pada ikan dan
kehilangan zat gizi.
3. Kehilangan air rendah.
Hal yang perlu diperhatikan pada penyimpanan dingin yaitu
terjadinya cold shortening pada produk pangan hasil hewani
dan chilling injury untuk produk buah dan sayuran, dan
pengerasan (efek retrogradasi) produk pangan karbohidrat
tergelatinisasi. Cold shortening menyebabkan daging menjadi
bertekstur keras sewaktu dimasak karena tidak mampu mempertahankan kandungan
airnya. Chilling injury terjadi bila buah atau sayur
diekspose pada kondisi penyimpanan dibawah dari suhu optimum penyimpanannya.
Tanda-tandanya biasanya adalah terjadi pencoklatan (dibagian luar atau
dibagian dalam atau keduanya) buah, cacat pada kulit buah, busuk berlebihan,
gagal matang. Retrogradasi adalah proses pengerasan setelah terjadinya proses
gelatinisasi. Pada suhu dingin proses ini berlangsung lebih cepat, akibatnya
untuk produk pangan seperti bread (roti) menjadi keras sekali teksturnya,
sehingga tidak nyaman lagi dimakan.
PEMBEKUAN
Pembekuan adalah metoda pengawetan yang cukup memuaskan bila dipakai
untuk penyimpanan jangka panjang produk pangan. Pembekuan mempertahankan
warna, flavor dan nutrisi terkandung suatu produk pangan. Pembekuan adalah
penurunan suhu produk ke bawah titik beku hingga penyimpanan produk pada suhu
- 18 ? . Pada proses pembekuan, air yang terkandung dalam produk pangan akan
berubah dari bentuk cair (liquid phase), mengalami pengkristalan, ke bentuk
padat (solid phase), Pada prosesnya, semula air terkandung akan turun suhunya
menuju titik beku, kemudian terbentuk inti kristal yang kemudian tumbuh
menjadi kristal. Bila proses pembekuan lambat atau laju pembekuan rendah,
kristal yang terjadi berukuran besar-besar dan kristal es terbentuk pada
lokasi ekstraselular, sebaliknya bila proses pengkristalan cepat, kristal es
yang terbentuk berukuran kecil dan seragam. Ukuran kristal yang terbentuk ini
akan mempengaruhi kualitas produk sewaktu thawing (dicairkan kembali),
kristal yang halus membuat produk beku tersebut dinilai berkualitas tinggi
karena bentuk produk lebih bisa dipertahankan dan nutrisi yang hilang/keluar
dari produk lebih rendah.
Pada pembekuan, suhu produk pangan akan dibawa ke suhu dibawah titik
bekunya, dan sebagian air seperti disebutkan diatas berubah dari keadaan cair
menjadi kristal-kristal es. Kosentrasi bahan padat terlarut didalam produk
pangan akan naik karena sebagian air berubah menjadi es, berarti menurunkan
aktifitas air Produk. Oleh karena itu pengawetan pada produk pangan beku
merupakan kombinasi suhu rendah dan aktifitas air rendah.
3. Pengaturan Kandungan Air
Pada proses pengawetan produk pang an
dengan pengaturan kandungan air, intinya adalah menurunkan aktifitas air
produk tersebut. Aktifitas air (Aw) suatu produk pangan akan mempengaruhi
kehidupan mikroorganisme pada produk tersebut.
PENGENTALAN
Pengentalan adalah proses penghilangan sebagian air dari suatu suspensi
dengan proses pendidihan, biasanya dilakukan dengan alat yang disebut
evaporator. Proses ini intensif digunakan pada industry pengolahan dairy
products misalnya pada proses pengentalan susu, pada industri jus
untuk menghasilkan jus kental, pada pada industri gula untuk mengentalkan
larutan gula guna proses kristalisasi. Proses pengentalan ini kadang juga
digunakan untuk menaikkan kandungan padatan persiapan untuk proses
pengeringan semprot atau pengeringan beku. Pada proses pemekatan didalam
evaporator, pertama panas latent medium pemanas dipindahkan ke bahan untuk
menaikkan suhu bahan menuju ke titik didihnya.
PENGERINGAN
Pengeringan adalah suatu usaha
pengawetan dengan cara menurunkan aktifitas air (Aw) produk melalui
penghilangan air yang dikandung produk dengan proses penguapan, sehingga
mikroorganisme tidak bisa tumbuh berkembang. Ada berbagai metoda dan alat
untuk proses pengeringan, namun yang banyak dipakai adalah metoda pengeringan
dengan mengekspose produk pangan pada udara yang telah dipanaskan.
1. Pengeringan Osmotik
Sistem pengeringan osmotik
dipakai didalam pengawetan untuk memperbaiki akibat buruk pada beberapa
produk yang diawetkan dengan cara pengeringan biasa semisal tekstur menjadi
sangat keras dan kehilangan flavor.
Pengeringan osmotik dilakukan dengan menciptakan lapisan semipermeable
dengan cara merendam produk kedalam larutan gula atau larutan garam sebelum
proses pengeringan. Proses ini biasa dilakukan dalam pembuatan produk pangan
semi basah. Selanjutnya produk dikeringkan dengan penjemuran atau pengeringan
buatan
2. Pengeringan
Pengeringan bisa dipakai untuk bermacam jenis hasil pertanian. Secara
umum produk dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan, utuh atau mengalami
pengecilan ukuran. Ada perlakuan blansir atau pencelupan dengan larutan
tertentu untuk mempertahankan warna atau bahkan fermentasi bila dibutuhkan
untuk menciptakan fungsi lain, misalnya pembentukan flavor. Suhu yang dipakai
juga bisa beragam tergantung pada desain proses pengeringan yang ingin
dilakukan.
3. Pasteurisasi
Pasteurisasi umumnya dilakukan untuk kelompok produk pangan yang memiliki
pH lebih kecil atau sama dengan 3,7 misalnya jus, bubur buah. Produk ini
diawetkan dengan cara dipanaskan pada suhu 100 ? dengan target mematikan
yeast dan mold.
Untuk pasteurisasi susu dengan metoda HTST pemanasan pada 72 ? selama 15
detik
4 . Pengalengan
Pengalengan biasa dipakai untuk mengawetkan produk pangan dengan pH lebih
dari 4,5. Ada beberapa tahapan proses untuk persiapan sebelum dikemas pada
kemasan kaleng khusus, selanjutnya proses yang utama yaitu proses
sterilisasi, dilakukan dengan cara pemanasan produk yang telah dikemas
tersebut pada suhu 121,1 ?. Waktu pemanasan yang diperlakukan tergantung F 0
produk. F 0 ini karakteristik untuk tiap jenis produk dan harus ditetapkan
melalui percobaan sewaktu mendesain proses.
5. Pendinginan
Pendinginan efektif digunakan untuk pengawetan jangka pendek. Pada
penyimpanan dingin produk disimpan pada suhu diatas titik beku tetapi dibawah
15 ?. Penyimpanan dingin tidak hanya dipakai untuk pengawetan, kadang dipakai
untuk membantu proses lain, misalnya untuk mempermudah pemotongan daging,
roti, pelepasan biji, dsb
7. Pengentalan
Tujuan dilakukannya pengentalan produk tidak hanya untuk usaha
pengawetan. Kadangkala untuk memudahkan proses berikutnya, contohnya untuk
mengentalkan produk yang akan dikeringkan dengan pengering semprot, atau juga
ditujukan untuk mengurangi volume, misalnya pada pembuatan �concentrated juice�, sehingga memberikan
kenyamanan sewaktu berbelanja, dan jus tersebut bisa diencerkan kembali
seperti semula bila dibutuhkan. Berikut susu kental manissalah satu produk
yang mengalami proses pengentalan. Enting-Enting Kacang (Penerapan Glass
Transtition Phenomena dalam pengolahan produk pangan)
|
0 komentar:
Posting Komentar