A.MODUL WITING LINE
modul waiting line merupakan modul pada aplikasi QM
1 Klik Modul Witing Line
2.Klik Yuse Cost, Kemudian isi judul dan data
3. Klik Solt (F9)
4. Save Excel File
5. tutup laman sebelmnya atau (x) pada lembar kerja hingga muncul grafik
6. tutup grafik dengan (x)
7. klik ikon edit data kemudian solven


Kaya

menurut anda apa itu kaya dan seperti apa orang yang dapat dikatakan sudah kaya

banyak orang salah pengetian dengan kaya, kebanyakan orang berpendapat bahwa orang yang dikatakan kaya adalah orang yang memiliki penghasilan tetap, memiliki rumah,mobil, dan sebagainya namun kaya yang sebenarnya adalah orang yang tanpa bekerja namun tetap menghasilkan uang, atau kata lain orang kaya tidak bekerja pada uang namun sebaliknya.

kaya merupakan suatu pencapaian namun untuk menjadi kaya adalah pilihan yaitu
ada dua pilihan yaitu 

1. Pengusaha
yaitu merupakan orang yang menciptakan sebuah usaha dan mempekerjakan orang sebagai kariawanya, untuk menjadi seroang pengusaha harus berani mengambil resiko dimana resiko yang dimbil lebih besar dari kariawan, namun resiko tersebut sebanding dengan keuntungan yang dipeoroleh jika usaha yang di bangun berhasil. Mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama bagi seoang pengusaha untuk merintis usahanaya agar mendapat kan ke untungan dibanding dengan kariawan yang mendapat gaji tiap dia bekerja.

2.Kariawan/Buruh
Merupakan orang orang yang datang ke pengusaha untuk melamar pekerjaan dan digaji, setiap kariawan memiliki gaji yang berbeda beda berdasarkan tingkatanya, kariawan akan mendapatkan gaji selama ia bekerja aktif selama hidupnya,  namun setelah dia tidak bekeja dia tidak akan mendapatkan sumber penghasilan lagi, melainkan beharap dari tabungan nya saja, berbeda dengan pengusaha seorang pengusaha tanpa bekerja akan tetap mendapatkan penghasilan karena usahanya tetap berjalan

Untuk menjadi kaya adalah pilihan kita dengan 2 Pilihan yaitu menjadi Pengusaha atau kariawan, penggaji atau digaji....


 SISTEM PENGAWETAN PANGAN

1.1. Tujuan dan Konsep Pengawetan
      Pengawetan Pangan ditujukan untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada produk pangan, yaitu menurunnya nilai gizi dan mutu sensori bahan pangan, dengan cara mengontrol pertumbuhan mikroorganisme, mengurangi terjadinya perubahan-perubahan kimia, fisik dan fisiologis alami yang tidak diinginkan, serta mencegah terjadinya kontaminasi. Ada tiga konsep metoda pengawetan yang umum dijalankan yaitu Pengawetan secara kimiawi, Pengawetan secara biologis dan Pengawetan secara fisik.

1.2. Berbagai Jenis Pengawetan
a, Pengawetan Secara Kimiawi
     Pengawetan secara kimiawi dilaksanakan dengan pena m bahan bahan kimia seperti gula, asam, dan garam pada b a han yang diawetkan, ataupun dengan mengekpose produk yang akan diawetkan pada bahan kimia seperti halnya pada proses pengasapan.
b, Pengawetan Secara Biologis
Pengawetan secara biologis melibatkan proses fermentasi, baik fermentasi asam atau fermentasi alkohol.
c, Pengawetan Secara Fisik
     Merupakan metoda pengawetan yang melibatkan pendek a tan fisik, antara lain dengan penambahan sejumlah energi seperti pada proses pemanasan dan radiasi; dengan pen u runan suhu terkendali seperti pada proses pendinginan dan pembekuan; dengan mengatur kandungan air bahan yang akan diawetkan seperti pada proses pemekatan, pengeringan, atau pengeringan beku dan dengan penggunaan kem a san pelindung . Pengawetan secara fisik mematikan mikroorganisme yang ada pada bahan pangan dengan cara pemanasan disertai dengan pengemasan yang mencegah terjadinya re-kontaminasi, atau dengan cara pengeringan yaitu pengurangan kadar air produk pangan yang diikuti dengan pengemasan yang mencegah terjadinya re-adsorpsi air. Perlu dicatat bahwa metoda-metoda pengawetan yang dapat berhasil menghentikan pertumbuhan mikroorganisme ini umumnya memberikan konsekuensi yang merugikan mutu sensori dan nilai gizi produk pangan. Sebagai contoh, panas yang digunakan pada proses sterilisasi pada pengalengan akan sangat melunakkan jaringan sel bahan, mengurai chlorophil dan zat-zat antocyanin, menghilangkan flavor dan merusak beberapa vitamin yang terkandung. Sehingga didalam memilih metoda pengawetan yang akan diterapkan selalu berusaha meminimalkan kerugian yang akan didapat dan memaksimumkan kualitas produk yang bisa diraih

1.3. Cara Pengawetan Secara Fisik dan Contoh Produk
 Contoh produk yang disajikan disini adalah produk-produk pangan yang ada dipasaran, foto diambil secara random di pasar tradisional dan pasar swalayan.

1.3.1. Penambahan Sejumlah Energi
PASTEURISASI
      Pasteurisasi adalah perlakuan panas guna membunuh seb a gian dari mikroorganisme patogen yang ada dalam suatu b a han pangan. Pasteurisasi biasanya diikuti dengan metode pengawetan lain seperti pendinginan , atau dengan penamb a han bahan kimia agar tercipta lingkungan yang tidak nyaman bagi pertumbuhan m i kroorganisme, misalnya penambahan gula pada produk susu kental manis, penambahan asam pada acar dan jus buah-buahan, pengemasan , seperti pada produk minuman bir kemasan botol untuk menjaga kondisi ana e rob didalam botol dan fermentasi menggunakan mikroba tertentu. Kombinasi suhu dan waktu yang dipakai pada proses paste u risasi bergantung pada a) ketahanan terhadap panas mikroba yang diincar untuk dimusnahkan dan b) kepekaan atribut mutu produk pangan terhadap p a nas. Metoda High-Temperature and Short-Time (HTST) menggunakan suhu tinggi dalam waktu yang sin g kat. Contohnya pada pasteurisasi HTST susu menggunakan suhu 70 ? selama 15 detik. Sebaliknya Low-Temperature Long-Time menggunakan suhu rendah dengan waktu yang lebih lama, untuk susu pada 65 ? dibutuhkan 30 menit. Umumnya HTST menghasilkan kualitas produk yag maksimum. 

STERILISASI
     Proses sterilisasi didalam pengawetan produk pangan adalah perlakuan panas yang menyebabkan mikroo r ganisme dan sporanya tidak mampu tumbuh pada kondisi penyimpanan normal. Artinya, hanya menghasi l kan produk yang steril komersil, tidak seratus persen steril, kemungkinan masih ada spora mikroba dorman berada didalam produk, dan akan segera tumbuh bila berada pada lingkungan yang cocok untuk pertumb u hannya. Perlakuan panas yang bisa mewujudkan tujuan tersebut bergantung pada beberapa hal: 1) Sifat bahan pangan yang diperlakukan, misalnya tingkat keasamannya (pH). 2) Kondisi penyimpanan pasca proses. 3) Ketah a nan mikroorganisme dan sporanya terhadap panas. 4) Karakteristik pindah panas yang terjadi, hal ini dipe n garuhi oleh jenis kemasan dan media pemanasan. 5) Beban jumlah mikroorganisme awal yang ada pada pr o duk yang akan disterilkan. Sehingga desain proses pemanasan bahan pangan dibagi menjadi:
1. Produk pangan dengan kandungan asam tinggi, pH ? 3,7 : bakteri pembentuk spora tidak tumbuh pada range pH ini. Kriteria proses pemanasan ditujukan untuk inaktifasi Yeast dan Jamur ( mold ), dengan suhu proses pemanasan 100 ?
2. Produk pangan dengan kandungan asam sedang, 3,7 ? pH ? 4,5 :
3. Produk pangan dengan kandungan asam rendah, pH ? 4,5 : kriteria proses pemanasan didesain untuk membunuh mikroorganisme patogen anaerob pembentuk spora paling tahan terhadap panas dan mengelu a rkan toksin yaitu Clostridium botulinum. Toksin ini sangat berbahaya, hanya dalam jumlah berat seperjuta miligram sudah mematikan memanusia. Tapi toksin ini rusak dengan pemanasan kondisi basah selama 10 menit suhu 100 ? . Produk pangan dengan keasaman rendah memerlukan proses pemanasan dengan suhu 121,1 ? dalam waktu sesuai dengan F 0 bahan tersebut. F 0 adalah waktu yang diperlukan untuk proses steril i sasi pada 121,1 ? . Nilai F 0 tergantung kepada tipe dan ukuran produk pangan yang disterilkan.
2. Penurunan Suhu Terkendali
Penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisme dan aktifitas sistem ensim dalam bahan. Ini berarti mencegah membusuknya produk pangan, dengan kata lain usaha mengawetkan produk pangan bisa dilakukan dengan menerapkan penurunan suhu terkendali.

PENDINGINAN
Penyimpanan dingin suatu produk pangan dilakukan pada kisaran suhu diatas titik beku dan dibawah 15 ? . Pengawetan dengan sistem pendinginan banyak diterapkan untuk penyimpanan jangka pendek karena kara k terist ik keunggulan berikut:
1. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme
2. Menghambat metabolisme pascapanen, reaksi kimia peruraian seperti reaksi pencoklatan, oksidasi lemak, perubahan warna, autolisa pada ikan dan kehilangan zat gizi.
3. Kehilangan air rendah.
Hal yang perlu diperhatikan pada penyimpanan dingin yaitu terjadinya cold shortening pada produk pangan hasil hewani dan chilling injury untuk produk buah dan sayuran, dan pengerasan (efek retrogradasi) produk pangan karbohidrat tergelatinisasi. Cold shortening menyebabkan daging menjadi bertekstur keras sewaktu dimasak karena tidak mampu mempertahankan kandungan airnya. Chilling injury terjadi bila buah atau sayur diekspose pada kondisi penyimpanan dibawah dari suhu optimum penyimpanannya. Tanda-tandanya biasanya adalah terjadi pencoklatan (dibagian luar atau dibagian dalam atau keduanya) buah, cacat pada kulit buah, busuk berlebihan, gagal matang. Retrogradasi adalah proses pengerasan setelah terjadinya proses gelatinisasi. Pada suhu dingin proses ini berlangsung lebih cepat, akibatnya untuk produk pangan seperti bread (roti) menjadi keras sekali teksturnya, sehingga tidak nyaman lagi dimakan.

PEMBEKUAN
      Pembekuan adalah metoda pengawetan yang cukup memuaskan bila dipakai untuk penyimpanan jangka panjang produk pangan. Pembekuan mempertahankan warna, flavor dan nutrisi terkandung suatu produk pangan. Pembekuan adalah penurunan suhu produk ke bawah titik beku hingga penyimpanan produk pada suhu - 18 ? . Pada proses pembekuan, air yang terkandung dalam produk pangan akan berubah dari bentuk cair (liquid phase), mengalami pengkristalan, ke bentuk padat (solid phase), Pada prosesnya, semula air terkandung akan turun suhunya menuju titik beku, kemudian terbentuk inti kristal yang kemudian tumbuh menjadi kristal. Bila proses pembekuan lambat atau laju pembekuan rendah, kristal yang terjadi berukuran besar-besar dan kristal es terbentuk pada lokasi ekstraselular, sebaliknya bila proses pengkristalan cepat, kristal es yang terbentuk berukuran kecil dan seragam. Ukuran kristal yang terbentuk ini akan mempengaruhi kualitas produk sewaktu thawing (dicairkan kembali), kristal yang halus membuat produk beku tersebut dinilai berkualitas tinggi karena bentuk produk lebih bisa dipertahankan dan nutrisi yang hilang/keluar dari produk lebih rendah.
       Pada pembekuan, suhu produk pangan akan dibawa ke suhu dibawah titik bekunya, dan sebagian air seperti disebutkan diatas berubah dari keadaan cair menjadi kristal-kristal es. Kosentrasi bahan padat terlarut didalam produk pangan akan naik karena sebagian air berubah menjadi es, berarti menurunkan aktifitas air Produk. Oleh karena itu pengawetan pada produk pangan beku merupakan kombinasi suhu rendah dan aktifitas air rendah.
3. Pengaturan Kandungan Air
      Pada proses pengawetan produk pang an dengan pengaturan kandungan air, intinya adalah menurunkan aktifitas air produk tersebut. Aktifitas air (Aw) suatu produk pangan akan mempengaruhi kehidupan mikroorganisme pada produk tersebut.



LAPORAN  PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN
ACARA III
HUBUNGAN AIR DENGAN TANAMAN : TRANSPORT DAN KEBUTUHAN
20170913092053.jpg
Disusun Oleh :
                                    Nama                           : Batsyeba Panggabean
                                    NPM                           : E1J017060
                                    Shift                            : Kamis , 08.00 – 10.00
                                    Co.Ass                        : Natal Pandapotan Nadeak
                                    Dosen                          : Dr.Ir. Catur Herison  M,Sc.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh interaksi antara potensi genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang besar peranannya adalah air disamping faktor lain seperti kesuburan tanah dan iklim. Penting mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman secara terintegrasi agar dapat menentukan cara untuk mengoptimumkan produksi walaupunpada kondisi lingkungan yang sub-optimum (Diah, 2010).
Air merupakan suatu molekul yang sederhana, terdiri 1 atom oksigen dan 2 atom hidrogen, sehingga berat molekulnya hanya 18gr/mol. Terlepas dari kesederhanaan komposisi atom penyusunnya dan ukuran molekulnya yang kecil, molekul air mempunyai beberapa karakteristik yang unik. Karakteristik tersebut disebabkan karena rangkaian kedua atom hidrogen pada atom oksigen (yang berada ditengah) tidak membentuk garis lurus (Dwidjoseputro, 2011).
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis (tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola. Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan, dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi bertambah segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir dari apoplast ke vakuola (Nugroho, 2012)
1.2  Tujuan Praktikum
1.      Mempelajari proses pengangkutan air oleh jaringan tanaman.
2.      Mempelajari kebutuhan air bagi tanaman.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media tanam Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada kondisi normal. Kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman untuk memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan merupakan cekaman bagi tanaman. Cekaman lingkungan dapat berupa faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut (Song, Nio dan Banyo, Yunia. 2011: 169).
Ketersediaan air merupakan salah satu cekaman abiotik yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air merupakan faktor utama yang berperan dalam proses fisiologi tanaman. Air merupakan bagian dari protoplasma dan menyusun 85-90% dari berat keseluruhan jaringan tanaman. Air juga merupakan reagen yang penting dalam fotosintesis dan dalam reaksi-reaksi hidrolisis. Di samping itu air juga merupakan pelarut garam- garam, gas-gas dan zat- zat lain yang diangkut antar sel dalam jaringan untuk memelihara pertumbuhan sel dan mempertahankan stabilitas bentuk daun. Air juga berperan alam proses membuka dan menutupnya stomata (Roswanti, 2015).
Xilem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding yang sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid ditemukan di dalam xilem hampir semua tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian besar angiosperma, serta segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji, memiliki unsur-unsur pembuluh (Campbell, 2002).
Trakeid adalah sel-sel yang panjang dan tipis dengan ujung meruncing. Air bergerak dari sel ke sel terutama melalui ceruk, sehingga air tidak perlu menyeberangi dinding sekunder yang tebal. Dinding sekunder trakeid diperkeras oleh lignin, yang mencegah sel-sel runtuh akibat tegangan transport air dan juga memberi dukungan. Unsur-unsur pembuluh umumnya lebih lebar, lebih pendek, berdinding tipis, dan kurang meruncing dibandingkan trakeid. Unsur-unsur pembuluh tersusun dengan ujung-ujung yang bersentuhan, membentuk pipa mikro panjang yang disebut pembuluh. Dinding ujung dari unsur pembuluh memiliki lempeng berlubang-lubang yang mengalirkan air secara bebas melalui pembuluh. Struktur trakeid dan unsur pembuluh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.Menurut Nugroho dkk (2012: 95), unsur-unsur xilem terdiri dari unsur trakeal, serat xilem, dan parenkim xylem.
Menurut Nugroho dkk (2017), floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel pengiring, sel albumin (pada gimnosperma), serat-serat floem, dan parenkim floem. Komponen utama dari floem adalah saringan elemen dan pendamping sel. Elemen saringan yang dinamakan demikian karena mereka akhir dinding berlubang. Hal ini memungkinkan koneksi antara vertikal-sitoplasma sel ditumpuk. Hasilnya adalah tabung saringan yang melakukan fotosintesis produk - gula dan asam amino - dari tempat di mana mereka diproduksi ("sumber"), misalnya, daun, ke tempat-tempat ("tenggelam") di mana mereka dikonsumsi atau disimpan, seperti : Akar Tumbuh ujung batang, daun, bunga,  buah, umbi-umbian, corms.



BAB III
METODOLOGI
3.1  Alat dan Bahan
Bahan     : Ranting tanaman berkayu Alamanda (Alamanda cathartica) yang    gmasih memiliki pucuk, air, dan gumpalan gum sebagai penutup jaringan tanaman.
Alat        : Pisau stek, botol aqua 1,5 L, gelas ukur, kapas.       
3.2  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
1.      Menyiapkan air yang cukup di dalam botol  aqua 1,5 L
2.      Memotong tangkai tanaman yang masih punya banyak daun.
3.      Memasukan potongan tangkai ke ember berisi air.
4.      Memotong dan membuang bagian dasar tangkai daun (kira – kira 5 cm dari pangkal) sisakan 5 daun pada tangkai yang akan digunakan.
5.      Mengupas kulit batang kira – kira 3 cm dari bawah , kikis jaringan floem dari kayu dan dibuang.
6.      Menyiapkan 3 tangkai daun dengan cara yang sama ,
7.      Menutup jaringan xylem pada tangkai pertama dengan gum.
8.      Menutup jaringan floem pada tangkai kedua dengan gum.
9.      Membiarkan jaringan xylem dan floem terbuka.
10.  Langkah selanjutnya memasukkan tangkai berdaun (7-8-9) ke dalam botol yang berisi air ( dan diketahui volume airnya).
11.  Menutup mulut botol dengan kapas.
12.  Meletakkan botol dirumah kawat.
13.  Mengukur ketinggian air pada tiap- tiap botol yang berkurang.
14.  Mencatat volume air yang hilang.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
a.      Percobaan Transport  Air
Tabel 1. Pengaruh perlakuan penutupan jaringan pengangkut air terhadap kehilangan air.
Perlakuan
Rata-ata air diserap pada hari ke-
Catatan Morfologi hari ke-
7
14
21
7
14
21
Xylem ditutup
0,5ml  
1 ml
 3 ml
Helaian daun berubah agak kekuningan dan ujung batang tumbuh jamur
2 helai daun menguning dan muncul pucuk muda. Serta banyak jamur pada ujung batang
Muncul daun yang segar dan hijau dan batangnya ditutupi jamur.
Phloem ditutup
 0
ml     
  1,5 ml
 2 ml
2 helai daun berwarna menguning dan muncul 2 pucuk
2 helai daun tua rontok dan tersisa 2 pucuk daun muda
Daun semakin dewasa dan pucuk daun tetap muncul
Control (tidak ditutup)
  0 ml     
  1,5 ml
 3 ml
Terdapat 4 helai daun yang muda, karena daun alamanda yang sisakan masih sangat muda
4 helai daun berwarna hijau dan pucuk yang berwarna hijau kekuningan
Terdapat 4 helai daun yang masih segar dan berwarna hijau



4.2    Pembahasan
Praktikum hubungan air dan tanaman kali ini kami mengamati tanaman alamanda selama 21 hari dengan perlakuan xilem ditutup, floem ditutup dan kontrol. Pada praktikum ini terdapat beberapa perubahan yang kami dapat pada ke-3 perlakuan ini. Kami menanam potongan cabang Alamanda tidak menggunakan akar dan tidak di tanah, melainkan di air .dan saat proses itu tanaman tersebut  mengalami perubahan yaitu tumbuh dengan subur dan mucul atau tumbuh pucuk dari setiap perlakuan.
Dari pengamatan yang kami lakukan terlihat bahwa tanaman alamanda yang ditutup xylemnya tampak daun alamanda agak sedikit menguning dalam 7 hari. Dan setelah 14 hari tanaman alamanda tersebut mengalami berkurangnya dua daun atau daun yang agak menguning pada hari ke-7 akhirnya menjadi gugur pada hari ke-14. Dan pada hari yang ke 21 tanaman alamanda tersebut mengalami perubahan yaitu mucul pucuk daun yang berwarna hijau yang sangat segar dan batang ditumbuhi jamur. Pada pengamatan ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa xylem merupakan jaringan pengangkut air dari akar ke daun. Hal ini disebabkan oleh ketebalan dinding sel dan patogen hidup di dalam sel floem sehingga tidak menyebabkan perubahan anatomi pada sel xilem. Sel xilem merupakan sel yang berbentuk cincin dan berdinding tebal (Susanti dkk, 2014).
 Pengamatan pada tanaman alamanda yang di tutup floemnya pada hari yg 7 mengalami perubahan warna yaitu warna kuning disertai dengan munculnya 2 pucuk. Perubahan pada hari yang ke 14 juga mengalami perubahan daunnya yang menguning gugur, dan pada hari yang ke 21 tanaman alamanda daunnya semakin dewasa dan pucuk daun tetap muncul dan terlihat segar. Pengamatan ini tidak sesuai dengan fungsi floem sebagai alat pengangkut hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan, karena jaringan floem sudah ditutup gum, tetapi tanaman masih tetap bertahan hidup. Hal ini dapat disebabkan pada saat pengikisan batang dan penutupan dengan gum tidak tepat pada jaringan floem, sehingga pada saat pengamatan tidak sesuai dengan teori.
Pengamatan tanaman alamanda dengan perlakuan control pada hari ke-7 terdapat 4 helai daun yang muda, karena daun alamanda yang sisakan masih sangat muda, pada hari ke- 14 terdapat 4 helai daun berwarna hijau dan pucuk yang berwarna hijau kekuningan, dan pada hari ke- 21 Terdapat 4 helai daun yang masih segar dan berwarna hijau. Hal ini bisa dikatakan sesuai dengan teori karena jaringan xylem dan floem pada tanaman tidak ditutup sehingga jaringan pengangkut pada tanaman dapat berfungsi sesuai tugasnya masing- masing.
Serapan air pada setiap selama 3 minggu pengamatan tersebut tidak tinggi. Pada awal pembuatan sampel, kami menggunakan 22 ml air dan sampai pengamatam terakhir paling banyak 3 ml air yang diserap tanaman. Hal ini dapat disebabkan oleh laju transpirasi yang rendah, karena pada saat pengamatan lebih banyak musim penghujan daripada musim kemarau. Sehingga laju transpirasi tanaman menjadi rendah.
Dengan demikian pada praktikum hubungan air dan tanaman ini, fungsi dari jaringan xylem dan floem belum dapat diamati secara langsung. Hal ini disebabkan oleh faktor dari penyiapan bahan tidak teliti dan tepat sehingga hasinya tidak sesuai dengan teori yang selama ini dipelajari. Dan air yang diserap tanaman dikategorikan rendah karena dipengaruhi oleh musim penghujan yang lebih tinggi daripada musim kemarau, sehingga laju penguapan atau transpirasi rendah.

        






BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan teori didapat bahwa jaringan pengangkut air di tanaman adalah jaringan xylem. Xylem berfungsi untuk mengangkut air untuk kebutuhan fotosintesis pada tanaman. Floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis dan mengedarkan pada seluruh tubuh tanaman. Namun, pada praktikum ini, toeri tidak terbukti jelas, karena diakibatkan kekurang telitian dalam mempersiapkan bahan sampel.
5.2  Saran
Saran untuk praktikum ini diharapkan pada saat pembuatan media agar praktikan lebih kondusif lagi agar praktikum dapat berjalan dengan baik. Untuk setiap pengamatan agar dilakukan dengan benar, supaya tujuan dari  pengamatan dapat tercapai.








Cari Blog Ini

Terbaru

SYARAT TUMBUH KELAPA SAWIT

Popular Posts