LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI
TANAMAN
ACARA IX
“ PENGARUH AUKSIN PADA PERAKARAN TANAMAN”
Nama : Mimoto Linardo
NPM : E1K018040
Shift : Jumat, 14.00-16.00
Dosen
: Dr.Ir.Atra Romedia,M.Si.
PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN
JURUSAN
PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2019
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam bidang pertanian, kita bukan hanya dituntut
untuk menjadi petani saja, kita dituntut mampu membawa pertanian masa ini lebih
maju lagi dan dapat mengejar ketertinggalan kita dari Negara lain yang
pertaniannya begitu maju. Yang diharapkan nantinya kita bisa memanfaatkan
tanaman yang ada di sekitar kita agar bisa lebih bermanfaat buat kita yang
terkadang juga dapat bernilai ekonomis, menjaga kelestariannya dengan
menggunakan teknologi dan cara-cara pengembangbiakan yang relatif cepat.
Perbanyakan
tanaman dengan cara setek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam
bagian-bagian tertentu dari tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk
tanaman, akar, atu cabang. Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah.
Kita tinggal memotong tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam
untuk menghasilkan potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung
sebaiknya berada beberapa milliliter dari mata tunas. Sedangkan pemotongan stek
bagian pangkal harus meruncing. Ketika membuat potongan meruncing. Hendaknya
kita usahakan potongan itu sedikit menyentuh again mata tunas, dengan demikian
nantinya stek yang diharapkan akan berhasil (Aak, 2002).
Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan
tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau
pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk
perbanyakan tanaman buah-buahan. Dengan kata lain setek atau
potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi
tanaman baru (Yustina, 2010).
Auksin berperan dalam aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang
penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan
mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium
dirangsang oleh auksin pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat
menghambat perbesaran sel-sel akar
(Salisbury dan Ross, 2006).
Usaha memanipulasi yang dapat dilakukan dalam
pembiakan stek pada umumnya menggunakan hormon atau zat pengatur tumbuh
kelompok auksin. Dalam upaya menumbuhkan akar, faktor yang mempengaruhi adalah
faktor dalam dan luar. Faktor dalam yang mempengaruhi yaitu macam dan umur
bahan stek, adanya tunas dan daun, kandungan bahan makanan, kandungan zat
pengantur tumbuh dan terbentuknya kalus. Sedangkan faktor luar adalah media perakaran,
kelembaba', suhu, cahaya dan faktor pelaksanaan (Hartmann dan Kester, 2004).
1.2.
Tujuan
1.
Untuk mempelajari
pengaruh auxin terhadap pertumbuhan akar tanaman dari bahan setek
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Hormon
dibentuk di suatu tempat tetapi menjalankan fungsinya di tempat lain. Berbeda dengan
enzim, hormon selama proses – proses metabolik, dan harus diperbaharui untuk
menjaga kelangsungan pengaruhnya. Pertumbuhan di satu bagian dapat bergantung
pada kegiatan selular lainnya. Dengan bantuan hormon, sel– sel tumbuhan dapat
diubah dari unit– unit yang bebas menjadi bagian– bagian yang saling berkaitan
dalam satu kesatuan organisme (Heddy. 2013).
Auksin
adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal
(ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada
ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali
digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan
pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang
mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol
asetat (IAA) (Kris, Joko. 2016).
Selain IAA,
tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin,
yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis
kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis
tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan
berbagai jenis tumbuhan dikotil absisi dan Pembentukan akar adventif
(Dwidjoseputro, 2012).
Upaya
perbanyakan secara vegetative dengan cara stek bertujuan untuk memperoleh
persentase tumbuh yang tinggi,
adanya peningkatan sistem pertumbuhan perakaran, serta bibit tanaman yang
ditanam lebih mampu dan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Pemberian Auksin dalam stek sirih merah dapat meningkatkan pertumbuhan akar
jika diberikan dengan konsentrasi yang tepat. NAA merupakan kelompok zat
pengatur tumbuh dari kelompok Auksin, yang mempunyai peranan dalam merangsang
pertumbuhan akar lateral/samping (Lakitan, 2006).
Pemotongan akar adalah
pemangkasan akar-akar semai dalam bedengan persemaian untuk membatasi
pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak bercabang. Perenggutan
(wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan pemotongan akar, tetapi mata
pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau merenggut semai pada bedengan
persemaian. Pemangkasan akar adalah memangkas sistem akar dengan standar
panjang tertentu, sesudah semai dicabut dan dipilih sebelum disimpan atau
ditanam (Daniel, dkk, 1995).
Bagian tanaman yang
dipergunakan untuk stek, yaitu akar, daun, dan batang. Stek daun atau tunas ada
yang disertai sedikit bagian dari batang. stek batang lunak, yaitu stek ujung batang yang masih sedikit
berkayu, sedangkan stek batang keras diambil dari cabang yang sudah dewasa pada
waktu pertumbuhannya akan terhenti (Kusumo, l984). Faktor penting dalam pembentukan perakaran stek,
yaitu : menyediakan air yang cukup untuk seluruh stek dan mengurangi penguapan
dari bagian atas seperti daun, persedian udara yang cukup di bagian bawah stek,
perkembangan dan pertumbuhan
akar dapat terhenti jika kekurangan oksigen, dan cahaya yang terpencar menyebabkan air dan suhu optimum yang tetap.
Keadaan di atas dapat diperoleh dengan mempergunakan medium Auksin : zat
pengatur tumbuh penting meningkatkan
akar
yang longgar dan bersifat spon, sehingga dapat menahan air banyak tetapi aerasi
cukup.
Auksin adalah zat aktif
dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakan vegetatif. Pada
satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan
pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat
rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran
sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman,
gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin
sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif
sering yang digunakan dalam persiapan tanaman hortikultura komersial terutama
untuk akar (Dewi, 2008).
Auksin dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sangat ditentukan oleh struktur molekul, yaitu : adanya struktur cincin
yang tidak jenuh; adanya rantai keasaman; adanya gugus karboksil (COOH) dari
struktur cincin; dan adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan
rantai keasaman (Kaeffli, Thimann dan Went 1966 dalam Abidin, 1987).
BAB
III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
polybag,
kertas label, pena gelas ukur, dan
gunting stek. Sedangkan bahan yang diperlukan adalah larutan auksin dengan
merek dagang Rootone- F yang terdiri dari beberapa konsentrasi, tangkai
tanaman asoka, pupuk kandang.
3.2. Metode Praktikum
1.
Larutan auksin (merek
dagang Rootone-F) disiapkan dengan konsentrasi 1000 ppm.
Caranya,
Rootone auksin ditimbang sebanyak 100 mg, larutan dala 100 ml aquades
2.
Larutan auksin
diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 0,1; 1,0; 10,0; 100; dan 1000 ppm
3.
Batang kangkung dan
melati dipotong sepanjang 10 cm,dan
dimasukkan kedalam larutan auksin
4.
Satu cabang kangkung
dan melati disiapkan, dimasukkan kedalam air suling sebagai kontrol
5.
Cabang yang dimasukkan
kedalam larutan ditunggu 30 menit,
6.
Batang yang telah
dimasukkan kedalam larutan ditanam
kedalam media tanam
7.
Pengamatan dilakukan
selama 4 minggu
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Parameter diukur
|
Konsentrasi Auksiri (Rootone-f)
|
|||||||||||
SKK Pucuk Kangkung
|
Stek Pucuk Taduk
|
|||||||||||
|
0,0
|
0,1
|
1,0
|
10,0
|
100
|
1000
|
0,1
|
0,1
|
1,0
|
10,0
|
100
|
1000
|
Jumlah akar
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
21
|
1
|
32
|
24
|
10
|
10
|
Akar terpanjang(mm)
|
27 mm
|
-
|
-
|
-
|
-
|
79 mm
|
20 mm
|
13mm
|
46 mm
|
51 mm
|
21 mm
|
86 mm
|
Akar terpendek (mm)
|
3 mm
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3 mm
|
3 mm
|
o
|
5 mm
|
3 mm
|
6 mm
|
5 mm
|
Total panjang akar (mm)
|
30 mm
|
-
|
-
|
-
|
-
|
82 mm
|
23 mm
|
13 mm
|
51 mm
|
54 mm
|
27 mm
|
91 mm
|
4.1
Pembahasan
Menurut
literature Dahlia (2011) menunjukkan bahwa dominanis apikal disebabkan oleh
auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas
lateral, hal ini akna menghambat pertumbuhan tunas lateral karena
konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan
menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk. Auksin diproduksi secara endogen pada bagian
pucuk tanmana yang akna didistribusikan secara polar yag mampu menghambat
pertumbuhan tunas lateral.
Dari
hasil percobaan yang dilakukan, terlihat bahwa percobaan sesuai literature
untuk tanaman kangkung. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi auksin yang tinggi
seperti 100 dan 1000 ppm, tanaman stek tersebut telah mulai memiliki akar,
terlihat dari jumlahnya bahwa stek tanaman kangkung yang diberi auksin 100 ppm
memiliki jumlah akar, maupun total panjang akar yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan stek tanaman kangkung yang diberikan konsentrasi 1000 ppm.
Sedangkan
untuk stek tanaman asoka, dari 5 konsentrasi yang di uji. Tidak satupun yang
mampu memunculkan akar. Hal ini sesuai dengan literature yang dinyatakan Salisbury
dan Ross (1995) bahwa ada tanaman tertentu yang mampu menghasilkan auksin
endogen dalam jumlah sedikit bahkan kurang, sehingga meskipun diberikan zpt
auksin sintetik, tetap sulit untuk berakar. Sehingga untuk tanaman yang seperti
ini, harus mendapatkan perlakuan yang lebih. Misalnya dengan penyiraman yang
optimum, serta factor-faktor ekstrernal maupun internal yang dapat memacu
pertumbuhan akarnya harus sangat diperhatikan untuk menjaga kualitas dari
tanaman yang akan dibudidayakan nantinya.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan
dari percobaan ini adalah tanaman yang di stek mampu muncul akarnya lebih cepat
jika diberikan auksin. Namun ternyata ada tanaman yang sulit berakar meskipun
sudah diberikan auksin, dikarenakan tanaman tersebut memproduksin auksin
endogen dalam jumlah yang sangat sedikit.
5.2
Saran
Sebaiknya
para praktikan dalam melakukan praktikum harus lebih tertib, lebih
berkonsentrasi dan diharapkan utnuk para praktikan agar mengurangi suaranya
agar para praktikan lainnyatidak terganggu. Dan juga diharapkan lagi agar dalam melakukan percobaan ini
praktikan dapat melakukan kegiatan praktikum
dengan baik dan hasilnya pun lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2002. Budidaya Tanaman Mangga. Kanisius: Yogyakarta
Abidin, Z. 1987. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Angkasa: Bandung. Dwidjoseputro,
S. 2012. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Dewi, R. I., 2008. Peran dan fungsi fitohormon bagi tanaman. Makalah. Universitas Padjajaran: Bandung
Hartman, H. T.
and D. E. Kester. 2004. Plant Propagation.
Principle and Practices 3nd ed. Prentice Hall of India Private. Ltd., New
delhi.
Heddy. 2013. Hormon
Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kris Joko, Usman. 2016. Penuntun Fisiologi Tanaman.
Bengkulu : Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Lakitan, B. 2006. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 2006. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan Diah R. Lukman dan Sumaryo.
ITB Press:
Bandung.
Yustina, E. W. 2010. Jenis dan Budidaya. Penebar Swadayana: Depok